JAKARTA – Masyarakat Indonesia menggunakan Facebook setiap hari untuk terhubung dengan orang-orang terdekat mereka, dan edisi terbaru dari Economist Intelligence Unit Inclusive Internet Index menunjukkan bahwa sebagai negara Asia Tenggara terpadat, Indonesia berkinerja baik pada Indeks Internet Inklusif dengan peringkat 57 dari 100 negara.
“Kami melihat bahwa 66{449fde34b18ca6505a303acf59cd2914251092e879039fa6b1605563bfad8ebc} rumah tangga di Indonesia adalah pengguna internet, lebih tinggi dari rata-rata di Asia (60{449fde34b18ca6505a303acf59cd2914251092e879039fa6b1605563bfad8ebc}),” Kepala Konektivitas dan Kebijakan Akses untuk APAC di Facebook Tom Varghese dalam keterangan yang diterima The Editor, Kamis (2/7).
Di saat yang sama, kecepatan internet umumnya lebih lambat dari rata-rata regional. Hal ini menekankan pentingnya membangun kapasitas tambahan dengan mengerahkan lebih banyak backhaul fiber di seluruh negeri.
Ia melanjutkan, tidak ada solusi tunggal yang dapat menyelesaikan masalah dan memberikan akses internet yang lebih cepat ke banyak orang. Mencegah kesenjangan digital yang lebih besar dan menutup kesenjangan yang tersisa dalam inklusi internet akan membutuhkan teknologi baru, model bisnis dan kemitraan.
“Oleh karena itu, Facebook bekerja erat dengan mitra kami di Indonesia untuk memperluas akses jaringan internet, meningkatkan permintaan untuk penggunaan internet dan menurunkan biaya konektivitas, mengoptimalkan investasi jaringan dan memungkinkan pendekatan baru untuk infrastruktur jaringan telekomunikasi,” katanya.
Tom menjelaskan konektivitas selalu menjadi inti dari misi Facebook untuk memberikan masyarakat kekuatan untuk membangun komunitas dan membawa dunia lebih dekat. Ia jamin Facebook akan berkomitmen untuk bekerjasama dengan pemerintah, industri, akademisi, ahli teknologi, dan masyarakat sipil untuk membantu menghubungkan 3,5 miliar orang, termasuk di Indonesia yang belum memiliki koneksi internet dan untuk meningkatkan pengalaman mereka yang sudah terhubung.
Meski demikian, Tom mengingatkan bahwa Facebook bukanlah sebagai penyedia layanan, namun untuk menyediakan ekosistem, bekerja dengan penyedia jaringan, manufaktur peralatan, dan mitra ekosistem lainnya untuk mengembangkan model bisnis, alat, dan teknologi baru yang membantu menyediakan akses internet
yang lebih cepat.
“Bisnis kami berhubungan erat dengan operator jaringan dan ekosistem seluler. Kami ingin secara aktif mengembangkan ekosistem untuk membantunya tumbuh dengan kinerja jaringan yang kuat dan inovasi berkelanjutanm” katanya.
Dari keterangan Tom, diketahui proyek konektivitas Facebook di Indonesia diantaranya membangun infrastruktur merupakan bagian besar dari biaya penyedia telekomunikasi, dan dapat menyulitkan penyediaan konektivitas berkecepatan tinggi dengan harga terjangkau untuk para pengguna, memenuhi kebutuhan akses internet dan konten yang membutuhkan banyak data. Wi-Fi memiliki peran penting dalam menyediakan akses internet yang cepat, terjangkau dan dapat diandalkan bagi para penggunanya.
Selain itu, proyek mereka selanjutnya adalah menyediakan alternatif yang cepat, terjangkau, dan mudah digunakan untuk kabel serat optik dan dapat mendukung penggunaan akses nirkabel tetap, wifi publik dan menyediakan konektivitas yang mendasari layanan Smart City dan meluncurkan Internet1O1 yang bertujuan untuk meningkatkan adopsi internet seluler di Indonesia dan membantu pengguna internet pertama kali mendapatkan hasil maksimal dari pengalaman online mereka.