ALASKA – Senator Alaska Dan Sullivan berpendapat bahwa hadirnya pasukan patroli gabungan China-Rusia di dekat Alaska adalah sebuah “pengingat” akan era baru agresi otoriter yang dipimpin oleh “para diktator”.
“Serbuan oleh 11 kapal perang China dan Rusia yang beroperasi bersama–di lepas pantai Alaska–adalah satu lagi pengingat bahwa kita telah memasuki era baru agresi otoriter yang dipimpin oleh para diktator di Beijing dan Moskow,” katanya.
Bersama dengan senator Lisa Murkowski, yang juga berasal dari Partai Republik, ia mengaku telah mengamati situasi tersebut untuk konstituennya dengan cermat.
Pasukan patroli gabungan China-Rusia belum lama ini dilaporkan berada di perairan dekat negara bagian Alaska dalam formasi yang disebut para ahli sebagai armada terbesar yang menjangkau wilayah Amerika Serikat.
Melansir The Guardian, kabar tersebut pertama kali diungkap oleh The Wall Street Journal (WSJ) dan telah dikonfirmasi oleh Komando Utara Amerika Serikat.
“Aset udara dan maritim di bawah komando kami melakukan operasi untuk memastikan pertahanan Amerika Serikat dan Kanada,” kata mereka.
“Patroli tersebut tetap berada di perairan internasional dan tidak dianggap sebagai ancaman.”
Komando tidak menyebutkan jumlah pasti kapal yang tergabung dalam patroli China-Rusia dan lokasi tepatnya pasukan tersebut melakukan kegiatannya.
Akan tetapi, para senator Amerika Serikat di Alaska mengatakan bahwa pasukan tersebut terdiri dari 11 kapal perang dan berpatroli di dekat Kepulauan Aleutian.
Untuk merespons aktivitas tersebut, Amerika Serikat pun mengerahkan empat kapal perang penghancur dan satu pesawat pengintai Poseidon P-8.
Lebih lanjut, Sullivan membandingkan situasi saat ini dengan situasi pada September lalu, ketika seorang penjaga pantai Amerika Serikat melihat total tujuh kapal angkatan laut China dan Rusia di dekat Alaska.
“Musim panas lalu angkatan laut China dan Rusia melakukan operasi serupa di lepas pantai Alaska,” kata Sullivan.
“Mengingat tanggapan kami hangat, saya sangat mendorong para pemimpin militer senior untuk siap dengan tanggapan yang jauh lebih kuat jika operasi gabungan angkatan laut China-Rusia terjadi di lepas pantai kami.
“Untuk alasan itu, saya berbesar hati melihat serangan terakhir ini bertemu dengan empat kapal perusak Angkatan Laut AS, yang mengirimkan pesan kuat … bahwa Amerika Serikat tidak akan ragu untuk melindungi dan mempertahankan kepentingan vital nasional kami di Alaska.”
Sementara itu, The Wall Street Journal, Juru Bicara Kedutaan China di Washington, D.C, Liu Pengyu mengatakan bahwa patroli ini tidak menargetkan pihak ketiga mana pun.
Patroli gabungan, katanya, dijalankan berdasarkan rencana kerja sama tahunan antara militer China dan Rusia.
“Menurut rencana kerja sama tahunan antara militer China dan Rusia, kapal angkatan laut kedua negara baru-baru ini melakukan patroli maritim bersama di perairan yang relevan di barat dan utara Samudra Pasifik,” kata Pengyu.
“Tindakan ini tidak menargetkan pihak ketiga mana pun dan tidak ada hubungannya dengan situasi internasional dan regional saat ini.” tambahnya.
Baca juga: Patroli Gabungan China-Rusia di Alaska Tidak Menargetkan Pihak Tertentu