19.4 C
Indonesia

Politikus Swedia Bakar Al-Quran Saat Demo, Ketegangan Swedia-Turki Meningkat

Must read

SWEDIA – Aksi pembakaran kitab suci umat Islam Al-Quran terjadi di Swedia belum lama ini, mengundang reaksi keras dari banyak negara yang didominasi muslim, seperti Turki dan Arab Sudi.

Aksi itu dilakukan oleh pemimpin partai politik sayap kanan Denmark Garis Keras Rasmus Paludan dalam demonstrasi anti-Turki yang berlangsung di depan kedutaan Turki di Stockholm, Swedia, Sabtu (21/1).

Dalam izin yang diperolehnya dari polisi, disebutkan bahwa protesnya dilakukan terhadap Islam dan apa yang disebut upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan untuk memengaruhi kebebasan berpendapat di Swedia.

Foto-foto yang beredar menunjukkan Paludan memegang salinan Al-Quran dalam demonstrasi Sabtu dan membakarnya. Tak ada sedikitpun raut keraguan di wajahnya saat melakukan aksinya itu. 

Dilansir dari CNBC Indonesia, ini ternyata bukanlah kali pertama Paludan membakar Al-Quran.

Tahun lalu, ia melakukan tur keliling negara dan membakar Al-Quran di depan umum hingga memprovokasi kerusuhan. Ia pun telah dihukum atas pelecehan berdasarkan ras.

Menanggapi keonaran yang dilakukan Paludan, Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson memberikan kecaman dengan melabeli aksi tersebut sebagai “aksi yang tidak sopan”.

Menurutnya, kebebasan berekspresi adalah dasar dari demokrasi, namun sesuatu yang “legal” belum tentu “sesuai”.

“Membakar kitab yang suci bagi banyak orang adalah tindakan yang sangat tidak sopan,” katanya dalam sebuah cuitan di akun Twitter-nya.

Kristersson pun menyampaikan rasa simpati dan permintaan maafnya kepada umat Islam di seluruh dunia.

Aksi yang dilakukan Paludan kemudian ditanggapi dengan sama kerasnya oleh Turki, dengan pemerintahnya yang meluncurkan kecaman dan warganya yang ikut membakar bendera Swedia di Turki.

“Kami mengutuk sekeras mungkin serangan keji terhadap kitab suci kami…Mengizinkan tindakan anti-Islam ini, yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci kami, dengan kedok kebebasan berekspresi sama sekali tidak dapat diterima,” ungkap Kementerian Luar Negeri Turki, dilansir dari Reuters.

Tidak hanya itu, Menteri Pertahanan Turki Huluski Akar juga membatalkan sepihak rencana kunjungan Menhan Swedia Pal Jonson ke negaranya.

Kunjungan yang dijadwalkan terlaksana pada Jumat (27/1) nanti itu, menurutnya, tidak lagi berarti dan tidak penting karena tidak adanya reaksi dari pemerintah Swedia terhadap “tindakan menjijikkan dan kejam terhadap Turki dan presiden”.

Peristiwa tersebut pada akhirnya dinilai telah meningkatkan ketegangan di antara kedua negara.

Padahal, Swedia tengah membutuhkan dukungan Turki, yang merupakan anggota NATO, untuk dapat bergabung dengan aliansi militer itu.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru