20.4 C
Indonesia

Pembakaran Pondok Warga Desa Pakel, Banyuwangi Kembali Terjadi. PT BMS Diduga Sengaja Lakukan Agar Warga Pindah!

Must read

THE EDITOR – Kasus pembakaran pondok warga kembali terjadi di lahan milik warga yang lahannya diambil secara paksa di Desa Pakel, Banyuwangi pada Sabtu (14/9/2024) yang diduga dilakukan oleh PT. Bumi Sari Maju Sukses (PT BMS).

Dalam situs Instagram @rukunpakel yang diunggah pada hari yang sama, terihat sebuah video yang menggambarkan situasi terkini pondok yang terihat habis dilalap api.

“PT. Bumi Sari tidak henti hentinya memakai cara licik. Secara diam diam malam ini sekitan 19.00 Wib, mereka membakar satu pondok dilahan milik warga pakel. Kejadian ini tidak jauh dari waktu di temukannya pondok terbakar,” tulis situs tersebut seperti disadur oleh Redaksi The Editor pada Senin (16/9/2024).

Menurut mereka, pembakaran dilakukan dengan bahan bakar dan pelaku sempat menunggu beberapa saat untuk memastikan agar api menyala hingga besar.

PT. Bumi Sari, menurut warga Pakel telah melakukan berbagai macam cara untuk menguasai lahan warga. Salah satunya dengan diam-diam membakar pondok di lahan warga yang biasa digunakan sebagai tempat untuk berteduh.

Sebagaimana diketahui, aksi pembakaran terhadap pondok warga Desa Pakel, Banyuwangi sudah sangat sering terjadi.

Sayangnya, aksi pembakaran ini diketahui tidak pernah menjadi perhatian Bupati Banyuwangi.

Karena tak ditanggapi secara serius, situs @rukunpakel juga pernah mengunggah kasus yang menimpa petani Desa Pakel dalam mempertahankan hak-hak mereka.

Dimana, pada Kamis, 14 Maret 2024, para petani yang tergabung dalam Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP), Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, diserang oleh 300 orang massa yang dikerahkan PT. Perkebunan dan Dagang Bumisari Maju Sukses (BMS).

Dalam rilisnya, Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP) merinci bahwa agenda tersebut merupakan rentetan penyerangan dari PT BMS.

Melalui media sosial Instagram @rukunpakel diketahui bahwa gelagat akan adanya serangan dari pihak PT BMS sudah terendus sejak Sabtu, 2 Maret 2024. Dalam konten yang diunggah pada hari yang sama ketika kejadian tersebut berlangsung, tertulis bahwa pihak security, preman, dan mantan tentara, tiba-tiba memasuki lahan warga dengan alasan sedang melakukan latihan.

“Preman dan mantan tentara latihan apa coba kok sampe memasuki lahan warga,” tulis akun tersebut pada Sabtu 2 Maret 2024 sebagaimana dilansir dari media Trimurti pada (17/03/2024).

Tiga hari berselang pasca kedatangan preman, security, dan mantan tentara, di lahan warga, pada 5 Maret 2024, petani yang tergabung dalam Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP) menemukan sebuah pondok di lahan garapan telah roboh dan rusak. Pada temuan yang diketahui pada pukul 06:18 WIB itu, petani juga menemukan sebuah botol bekas yang berisikan bensin dalam keadaan tumpah di dekat pondok.

Petani yang tergabung dalam Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP) menduga botol yang berisikan bensin tersebut akan digunakan untuk membakar pondok yang telah dirobohkan.

Orang-orang yang kabarnya dikerahkan oleh PT BMS kembali mendatangi lahan-lahan warga pada Sabtu, 9 Maret 2024. Hari itu security, preman bayaran, dan para pekerja dari PT BMS, merobohkan dan membakar pondok petani di lahan garapan di wilayah Pongkor.

Mengetahui hal tersebut, petani RTSP datang ke lokasi kejadian. Karena terkepung, para pelaku balik kanan meninggalkan lahan.

Masih di hari yang sama saat perobohan dan pembakaran pondok di wilayah Pongkor, pukul 11.00 WIB juga terjadi penebangan pohon dan perobohan pondok di wilayah Panasean.

“Spontan kami berusaha mengejar untuk mengusir pihak PT BMS. Karena kejadian itu, kami memutuskan untuk berjaga-jaga supaya tanaman kami tidak ditebang kembali oleh pihak PT BMS,” tulis RTSP dalam rilis mereka.

Di hari itu juga, PT BMS memblokade sejumlah jalan yang merupakan akses menuju lahan para petani pakel. Blokade jalan tersebut terjadi di jalan pertigaan yang mengarah ke Pongkor serta jalan di jembatan Taman Glugo. Pada wilayah yang terakhir disebut ini PT BMS menggunakan truk miliknya untuk menutup jalan.

Selain merusak lahan, PT BMS juga melukai petani Pakel

Masih bersumber dari rilis Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP), Minggu, 10 Maret 2024 sekitar pukul 19.30 WIB, salah satu petani Pakel dipukul di bagian tengkuknya ketika sedang berpatroli di lahan. Sebelum jatuh pingsan, korban sempat melihat bahwa pelaku penyerangan terhadap dirinya berjumlah tiga orang.

Pemukulan tersebut terjadi setelah siang harinya berlangsung penebangan dan perusakan tanaman serta pondok petani di lahan yang terletak di Utara Kali Gondang. Pelakunya adalah security dan pekerja PT BMS serta preman yang saat itu datang dengan jumlah 150 orang.

Kejadian tersebut berlangsung pada pukul 11.00 WIB. Mengetahui lahannya dirusak lagi oleh PT BMS, petani berdatangan ke lokasi kejadian. Melihat jumlah petani tak terlalu banyak, orang-orang yang dikerahkan oleh perusahaan melakukan intimidasi.

“Pihak PT BMS sempat mengintimidasi kami dengan mendorong dan menodongkan senjata. Beberapa orang yang diduga preman bayaran, juga menantang duel,” jelas RTSP dalam rilisnya.

Dalam video yang diunggah oleh akun X Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) tampak seseorang yang diduga dikerahkan oleh PT BMS sedang mengacungkan golok sambil menunjuk-nunjuk ke arah warga.

Selang beberapa waktu, petani Pakel lainnya berdatangan semakin banyak dan pihak PT BMS kembali mundur. Namun, karena masih khawatir akan terjadi penyerangan lagi para petani RTSP memutuskan untuk berpatroli di lahan hingga malam.

Pada patroli di malam hari inilah salah satu petani Pakel dipukul tengkuknya hingga pingsan dan dilarikan ke Puskesmas. Menurutnya, sebelum pingsan ia sempat melihat para pelaku. Mereka berjumlah tiga orang dan menggunakan topeng. Salah satu diantaranya membawa senjata.

Bukan kali itu saja petani menjadi korban kekerasan fisik ketika mempertahankan lahan. Kamis, 14 Maret 2024 lalu, PT BMS kembali mengirimkan security, preman, dan pekerjanya, untuk merusak lahan warga. Barangkali karena melulu gagal mengenyahkan petani dari lahan, pada penyerangan  ini perusahaan mengerahkan massa hingga 300 orang.

“Diperkirakan kurang lebih 2 hektare tanaman di lahan petani Pakel habis dibabat, lebih dari 3 pondok petani Pakel dirusak, serta beberapa dibakar,” tulis RTSP.

Dalam penyerangan di Kali Gondang yang berlangsung sejak 08.48 WIB ini, orang-orang yang dikerahkan oleh PT BMS membawa senjata tajam hingga senjata api.

”Sempat terdengar 2 kali tembakan ke udara untuk menakut-nakuti kami agar mundur,” terang petani Pakel dalam rilis mereka.

Akibat dari serangan tersebut, terdapat salah satu petani perempuan Pakel yang menjadi korban. Ia, mengalami luka memar di bagian jari tangan, lengan, dan kaki.

Sementara itu pukul 11:09 WIB di Pongkor juga terjadi penyerangan. Menurut Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP), serangan di Pongkor itu diduga bertujuan untuk memecah fokus pertanahan petani sehingga perusahaan dapat memiliki kesempatan untuk lebih banyak membabat tanaman petani. Penyerangan hari itu berakhir pukul 14.00 WIB, massa PT BMS mulai mundur.

Dikutip dari tempo.co Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur, Wahyu Eka Setyawan, mengatakan peristiwa anyar di Pakel tersebut bukanlah pertama kali. Walhi Jawa Timur mencatat sudah ada puluhan intimidasi dan kriminalisasi oleh PT BMS terhadap warga buntut konflik agraria perusahaan dengan petani.

“Kasus ini bagian utuh dari konflik agraria di Desa Pakel,” kata Wahyu saat dihubungi Tempo pada Senin, 11 Maret 2024.

“Kami hanya ingin keadilan”

Dikutip dari rilis terbarunya, Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP) membeberkan bahwa Badan Pertanahan Nasional (BPN) Banyuwangi telah mengeluarkan surat yang menyatakan Hak Guna Usaha (HGU) PT BMS tidak masuk Desa Pakel.

“Meski terbaru HGU katanya masuk Desa Pakel, itu bentuk penyerobotan. Sejak awal warga Desa Pakel tidak ada yang tahu soal izin HGU tersebut,” jelas mereka dalam rilis yang dipublikasikan pada Sabtu 16 Maret 2024 itu.

Petani pakel tidak memiliki lahan yang cukup. Sebagian besar lahan garapan kini diserobot oleh PT BMS. Ada 318,2 Ha lahan yang dikuasai oleh warga yang dikelola oleh 800 Kepala Keluarga (KK). Sementara itu, 275,1 Ha dikuasai oleh PT BMS. Selain itu, sebesar 729,5 Ha kawasan dikuasai oleh Perhutani.

“Dengan begitu lahan petani Pakel sangatlah sempit,” jelas Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP).

Pasca rentetan penyerangan, warga Pakel melaporkan ulah PT BMS ke Polresta Banyuwangi dengan tuduhan telah melakukan intimidasi, ancaman dan penganiayaan kepada warga Pakel. Warga berharap laporan tersebut dapat ditindaklanjuti oleh kepolisian.

“Kami sadar bahwa kami juga adalah warga negara yang sah. Sebagai warga negara yang sah kami mempunyai hak, yaitu perlindungan sebagai warga negara Indonesia,” tulis Rukun Tani Sumberejo Pakel (RTSP) dalam rilis terbaru mereka.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru