PALESTINA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkap bahwa hampir 450.000 warga Palestina telah melarikan diri dari Rafah selama seminggu terakhir selagi tank-tank Israel dilaporkan bergerak lebih jauh ke kota Gaza selatan itu.
“Orang-orang terus-menerus menghadapi kelelahan, kelaparan, dan ketakutan,” kata badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, dikutip dari BBC.
Militer Israel mengatakan pihaknya terus melanjutkan “operasi melawan sasaran teror” di bagian timur kota tersebut, tempat lebih dari satu juta orang berlindung.
Operasi baru Israel di Gaza utara telah membuat 100.000 orang lagi mengungsi.
Pasukan Israel telah kembali ke wilayah Zeitoun dan Jabalia, di mana militer mengatakan Hamas telah berkumpul kembali hanya lima bulan setelah mereka mengklaim telah membubarkan batalion lokal kelompok tersebut.
Sebelum memulai serangan, militer memerintahkan warga sipil untuk mengungsi di bagian timur Rafah dan Jabalia demi keselamatan mereka sendiri.
Akan tetapi, jumlah pengungsi dalam beberapa hari terakhir setara dengan hampir seperempat dari 2,3 juta penduduk Gaza.
Israel melancarkan kampanye militer untuk menghancurkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan lintas batas kelompok tersebut di Israel selatan pada 7 Oktober.
Serangan itu dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang dan 252 lainnya disandera.
Sementara itu, lebih dari 35.170 orang telah terbunuh di Gaza sejak saat itu, termasuk 82 orang dalam 24 jam terakhir, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.
Pada Selasa (14/5) pagi, UNRWA mengunggah beberapa foto yang menunjukkan jalan-jalan kosong di Rafah.
Sebelum operasi Israel dimulai pada 6 Mei, jalan-jalan itu dipenuhi tenda dan tempat berlindung sementara.
Banyak keluarga yang mengungsi untuk mencari keselamatan, namun UNRWA mengatakan bahwa tidak ada tempat yang aman dan “gencatan senjata segera adalah satu-satunya harapan”.
Juru bicara UNRWA yang berada di Rafah, Louise Wateridge, menulis di X bahwa keluarga-keluarga yang masih berada di kota tersebut telah “pindah sejauh mungkin ke barat” dan mendirikan tenda di pantai-pantai di sepanjang pantai Mediterania.
Lebih jauh ke pedalaman kota “sekarang menjadi kota hantu”, tambahnya.