20.1 C
Indonesia

Orang Tua Diimbau Waspada Penyakit Langka Kawasaki, Apa itu?

Must read

JAKARTA – Memperingati Hari Kesadaran Kawasaki Sedunia yang jatuh pada Jumat (26/1) pekan lalu, orang tua di Indonesia diimbau untuk mewaspadai penyakit yang satu ini.

Pasalnya, penyakit yang tergolong langka ini dapat menyerang anak dan menyebabkan gagal jantung namun tidak semua dokter menyadarinya.

Penyebabnya pun belum diketahui secara pasti. Sementara itu, penyakit ini dapat berakibat fatal jika tidak ditangani sejak dini.

Baca Juga:

“Saya katakan ini bukan penyakit sehari-hari ya, nggak semua dokter mungkin menyadari begitu,” kata Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Najib Advani dalam diskusi memperingati Hari Kawasaki Sedunia, Rabu (31/1).

Lebih lanjut, anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Kardiologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu menjelaskan bahwa penyakit kawasaki berpotensi mengakibatkan gangguan jantung yang dapat berlangsung seumur hidup jika tidak ditangani pada awal kemunculannya.

Hal ini karena penyakit tersebut, yang pertama kali ditemukan oleh dokter anak Tomisaku Kawasaki pada tahun 1967 di Jepang, menyumbat pembuluh darah jantung (arteri koroner).

“Kalau koronernya tersumbat, maka otot-otot jantung akan rusak, sehingga darah tidak bisa beredar dengan baik,” jelasnya.

Najib pun menyebutkan beberapa tanda yang perlu diwaspadai orang tua sebagai gejala umum penyakit kawasaki.

Gejala-gejala tersebut antara lain demam tinggi yang berlangsung sekitar empat sampai lima hari, kedua mata memerah tanpa adanya kotoran, bibir dan lidah yang merah seperti stroberi, dan ruam mirip campak di sekujur tubuh.

Munculnya benjolan di leher yang diakibatkan oleh pembengkakan kelenjar getah bening juga disebutnya sebagai salah satu gejala umum penyakit ini.

“Kelainan jantung timbul setelah minggu kedua, di hari ketujuh. Hari kesepuluh mulai timbul kelainan jantung,” imbuhnya.

Penanganan penyakit kawasaki, kata Najib, harus dilakukan sejak dini atau sebelum hari ketujuh agar menghasilkan dampak yang maksimal.

Penanganan dilakukan dengan rawat inap di rumah sakit selama setidaknya empat hari agar pasien mendapatkan berbagai jenis obat-obatan.

Setelahnya, pasien perlu menjalani rawat jalan dengan pemeriksaan jantung secara rutin menggunakan alat elektrokardiogram (EKG).

Entry point-nya tiga sebenarnya–demam, ruam, dan mata merah. Tiga saja, ingat itu, tiga dulu ya. Kalau sudah tiga itu, pikirkan kemungkinan kawasaki. Nah, baru ke dokter yang biasa menangani kawasaki,” tuturnya.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru