JAKARTA – Disukai anak muda, cantik, bersahaja, dan tentunya juga seorang pebisnis yang handal. Desiree br Tarigan adalah satu dari sekian wanita asal Tanah Karo yang berhasil menjadi idola bagi kaum muda di era masa kini bukan karena hanya kecantikannya, tapi juga karena kreatifitasnya.
Tak ada yang percaya bila Desiree si pemilik Mamitoko ini sudah berusia 62 tahun.
Perempuan yang lahir di Medan pada tanggal 2 November 1961 ini membuatnya sangat populer di media sosial.
Keahliannya di bidang seni juga menarik banyak perhatian pesohor negeri ini.
Untuk tahu lebih banyak tentang Desiree Beru Tarigan, Redaksi The Editor menghubungi Desiree lewat akun instagramnya di @mamitoko.
Di luar dugaan Desiree ternyata langsung membalas pesan yang dikirimkan oleh redaksi.
Bahkan, Desiree juga menjawab sapaan khas suku Karo yakni “Mejuah-Juah” yang berarti “Salam Sejahtera” dengan cara yang sama.
Berikut petikan wawancara The Editor dengan Desiree Beru Tarigan:
The Editor: Apa arti tahun 2024 yang penuh dengan prestasi ini bagi seorang Desiree br Tarigan?
Desiree (Mamitoko): 2024 masih sebagai tahun perjuangan seperti tahun-tahun sebelumnya karena semua yang saya kerjakan tergolong pemula dan masih dalam skala yang kecil. Masih banyak yang perlu dibenahi dan dipelajari sambil berjalan. Keberhasilan apapun itu tidak lepas dari kebaikan dan kemurahan Tuhan tentunya serta dukungan dari banyak pihak. Mulai dari anak-anak dan menantu yang juga turut membesarkan Mamitoko dengan support yang extra, dan team Mamitoko dari berbagai lini yang berkolaborasi hingga membuat Mamitoko bisa berkembang. Tidak lupa yang paling utama adalah support dari masyarakat tentunya dan penikmat Mamitoko yang loyal khususnya. Saya sungguh sangat bersyukur atas semua support system yang ada hingga sampai hari ini.
The Editor: Sebagai seseorang yang berasal dari Tanah karo, bagaimana cara seorang Desiree melihat peluang bisnis?
Desiree (Mamitoko): Peluang bisnis itu sangat luas dan terbuka lebar. Yang terpenting kita sebagai manusia yang mengerjakannya harus fokus pada tujuan. Janganlah kita mengkotak-kotakkan wanita. Wanita Karo seharusnya tidak ada bedanya dengan wanita dari suku yang lain, yang penting harus berani maju. Saya tau banyak wanita Karo yang cerdas dan kreatif, jadi ayo tunjukkan kalau Wanita Karo juga bisa. Kalau diingat jaman dulu juga Wanita Karo dikenal sebagai pekerja keras. Malah maaf para pria-nya yang main catur, ngopi-ngopi sambil gosip di kedai kopi. Di sisi lain para istrinya yang berjualan sambil urus anak sambil ke ladang. Tapiii, Itu semua jaman dulu..Sekarang kan sudah berbeda ya, wanita dan pria memiliki hak dan kewajibannya tentunya sudah sama dan setara.

The Editor: Apa yang paling disukai seorang Desiree Beru Tarigan tentang Tanah Karo?
Desiree (Mamitoko): (Tanah) Karo memiliki potensi yang luar biasa, mulai dari tanahnya subur, hingga keindahaan alam bisa jadi tempat wisata, serta orang-orangnya yang ramah dan bersahabat menjadi nilai plus. Saya tentunya punya kesan manis mengenai Tanah Karo karena waktu kecil pun saya selalu diajak jalan-jalan oleh orang tua ketika kami pulang kampung. Sehingga banyak memori dan kenangan yang indah disana.
The Editor: Lemah lembut adalah ciri khas dari seorang Desiree Beru Tarigan. Apa yang membuat kepribadian seorang Desiree tidak berubah padahal sebagai seorang pebisnis dia mengalami banyak sekali cobaan ya.
Desiree (Mamitoko: Lemah lembut bukan berarti lemah. Lemah lembut itu kan sudah bawaan dari sananya ya. Tapi kalau di kerjaan saya tegas. Harus fokus fokus, dan fokus, kelemahan terbesar di pekerja sekarang tidak fokus pada pekerjaan mereka. Kalau mau pekerjaan berhasil, kuncinya adalah harus fokus dan berikan yang terbaik. Kita bekerja bukan untuk atasan tapi untuk kemajuan kualitas diri kita sendiri.
The Editor: Apa seorang Desiree juga masih menggunakan istilah budaya “Rebu” dalam kehidupan sehari-hari?
Desiree (Mamitoko): Saya tidak pernah menerapkan “Rebu” tapi saya tetap menjunjung tinggi sopan santun beradat. Misalnya hormat kepada Kalimbubu dan lain-lain. Jadi pengaplikasian “Rebu” jaman sekarang menurut saya sudah tidak pas karena perkembangan jaman dan tata komunikasi yang sudah berbeda dan semakin tinggi.
Kata rebu berarti “pantang”, “tidak pantas”, “dilarang”, “tidak dapat”, tidak diijinkan melakukan sesuatu hal atau perbuatan. Jadi kata itu, mengandung pengertian yang sifatnya dilarang untuk melakukan suatu perbuatan yang dalam hal ini adalah “berbicara” dengan orang-orang tertentu. Misalnya larangan untuk tidak berbicara secara langsung antara seorang menantu perempuan dengan mertua laki-lakinya, demikian juga sebaliknya antara menantu laki-laki dengan mertua perempuan. (repoistori kementerian pendidikan dan kebudayaan).
The Editor: Sukses, cantik, dan pebisnis yang kreatif. Apa pesan yang ingin seorang Desiree Beru Tarigan ingin sampaikan ke wanita-wanita karo di luar sana yang sangat mencintai Desiree?
Desiree (Mamitoko): Pesan saya bukan karena saya lebih baik dari yang lain, tapi untuk berbagi pengalaman. Jangan pernah takut memulai sesuatu, gali potensi diri, terus belajar. Tidak semua yang kita lakukan dapat langsung berhasil, tapi kegagalan harus memotivasi kita untuk mencoba dan mencoba sampai menghasilkan yang terbaik. Jangan pernah putus asa, percaya akan waktunya Tuhan. Karena waktun-Nya pasti adalah waktu yang terbaik.