ENSIKLOPEDIA – Orang kristen selalu menggunakan nama Yesus sebelum mengakhiri doa mereka. Yesus lahir di masa kekuasaan Kaisar Agustus yakni di abad pertama. Kelahirannya yang unik membuat seluruh dunia selalu memperbincangkannya.
Yesus mengajar sejak Ia berumur 30 tahun. Alkitab mencatat bahwa saat mengajar Yesus selalu memberitahu cara untuk berdoa kepada Allah kepada murid-muridnya.
Karena pada zamannya, para pemimpin agama Yahudi berdoa di tikungan-tikungan jalan raya. Tujuannya agar dilihat dan dipuji kesalehannya oleh orang lain.
Tak hanya itu, di masa itu, orang-orang juga berdoa dengan mengucapkan permohonan-permohonan yang panjang dan berulang-ulang, seolah-olah harus ”menggunakan banyak kata” supaya doa-doanya didengar.
Yesus sendiri menentang cara tersebut. Di dalam injil Matius disebutkan bahwa Ia dengan tegas mengatakan bahwa cara yang dilakukan oleh para pemimpin agama Yahudi itu seperti orang munafik.
Yesus mengajari murid-muridnya untuk berdoa dengan cara yang berbeda. Diantaranya dengan mencari tempat-tempat yang dinilai sepi dan pribadi seperti kamar tidur. Ia juga meminta agar kamar tidur itu dikunci saat hendak berdoa.
Di saat-saat terakhir hidupnya, Yesus menyingkapkan sesuatu yang baru perihal berdoa.
Dalam injil Yohanes disebutkan bahwa Yesus mengatakan agar saat muridnya berdoa maka mintalah segalanya dalam namaNya.
Salah satu perkataan Yesus yang fenomenal tertuang dalam Yohanes adalah sebagai berikut: “Tidak seorang pun datang kepada Bapak kecuali melalui aku.”
Kemudian yesus menambahkan juga begini: ”Apa pun yang kamu minta dengan namaku, aku akan melakukannya, agar Bapak dimuliakan sehubungan dengan Putra. Jika kamu meminta apa pun dengan namaku, aku akan melakukannya.”
Dan menjelang akhir, Yesus mengatakan agar setiap murid-muridnya meminta kepada Allah dengan namanya karena selama ini hal semacam itu belum pernah dilakukan oleh siapapun.
Perkataan Yesus yang tercatat dalam Alkitab adalah sebagai berikut: ”Hingga sekarang ini kamu tidak meminta sesuatu pun dengan namaku. Mintalah dan kamu akan menerima, agar sukacitamu dapat dibuat penuh.”
Kata-kata tersebut menggugah pikiran. Sebuah karya referensi menggambarkannya sebagai, ”titik balik dalam sejarah doa”. Yesus tidak bermaksud agar doa dialihkan dari Allah kepada dirinya. Sebaliknya, ia membuka sebuah jalan baru untuk menghampiri Allah.
Orang-orang yang ingin doanya didengar harus mengakui bahwa Israel adalah bangsa pilihan Allah. Dan belakangan, pada zaman Salomo, mereka harus mengakui bait sebagai tempat pilihan Allah untuk mempersembahkan korban.
Namun, sistem ibadat ini hanya sementara. Hukum yang diberikan kepada Israel dan korban yang mereka persembahkan di bait adalah ”bayangan dari perkara-perkara baik yang akan datang, namun bukan hakikat dari perkara-perkara itu sendiri”. Bayangan tersebut harus digantikan oleh kenyataannya.
Sejak tahun 33 M, hubungan seseorang dengan Yehuwa tidak lagi bergantung pada ketaatan menjalankan Hukum Musa, tetapi didasarkan atas ketaatan kepada pribadi yang ditunjuk oleh Hukum yaitu Kristus Yesus.
Sumber: JW.ORG dan Alkitab Terjemahan Dunia Baru