TANAH KARO – Di perhentian pertama menuju air terjun setinggi 120 meter ini, pemandangan yang tidak asik mulai terlihat. Apalagi kalau bukan sampah.
Warung yang menjual berbagai macam jajanan, air mineral dan mi instan sepertinya sangat asik membuang sampah ke lembah yang ditanami berbagai macam bunga berwarna warni. Sangat kontras memang.
Sesekali langkah saya terhenti karena beberapa anak tangga mulai hilang karena longsor. Ketinggian anak tangga yang berbeda ternyata membuat kaki terasa sangat cepat lelah saat menapaki jalan yang curam.
Setelah melewati perhentian kedua, tibalah momen untuk menuruni tangga dengan kemiringan 90 derajat. Saya juga merasa heran kenapa seterjal ini yang harus dilalui, setelah saya perhatikan ternyata medan yang dilalui semakin sulit dan curam.
Saya merasa seperti tengah menaiki sebuah tangga darurat. Selain besinya yang berwarna cokelat tua dan patahan-patahan besi disana-sini, tumpukan sampah pun terlihat jelas di bawah tangga. Wajib berhati-hati saat lewat disini.
Perjalanan masih jauh, puluhan anak tangga masih menanti di depan. Suara air terjun juga masih sayup-sayup, pertanda perjalanan memang benar-benar masih panjang.
Perlahan saya menapaki anak-anak tangga yang terkadang berganti dengan tanah liat. Berbagai macam hewan terlihat bermunculan di balik semak.
Mereka umumnya tidak mengganggu jadi tidak perlu risau. Pemandangan Danau Toba dari kejauhan dapat anda nikmati disepanjang rute perjalanan menuju air terjun.
Semakin mendekati lokasi air terjun, udara lembab nan dingin pun semakin terasa. Semak belukar yang menaungi rute perjalanan pun terlihat semakin rimbun. Tibalah di perhentian terakhir. Seorang wanita penjual air mineral dan mie instan menyambut dengan ramah. Ia dengan sigap menawari tempat untuk beristirahat kepada setiap pengunjung yang tiba disana.
Suara air terjun ternyata lebih menggoda dari pada hanya sekedar untuk beristirahat. Suara desauan air terdengar sangat kuat hingga ke jarak 50 meter. Air berarus deras terlihat mengalir disela-sela bebatuan. Setiap pengunjung harus ekstra berhati-hati saat tiba disini karena rute yang dilalui adalah tanah dan bebatuan besar yang basah dan becek.
Disarankan untuk memakai perlengkapan hiking yang mumpuni dan sepatu yang bisa tahan dibawa melewati kondisi alam yang tidak pernah lepas dari kondisi lembab dan dingin membuat bebatuan sangat licin.
Jarak ke air terjun tinggal 20 meter lagi tapi baju yang saya kenakan sudah basah karena terpaan air dari Sipiso-piso. Semakin mendekat, suara air yang jatuh setinggi 120 meter menghasilkan angin berkekuatan tinggi. Sangat tidak disarankan untuk berenang tepat di titik air terjun karena sangat berbahaya. Angin yang dihasilkan oleh jatuhan air juga sangat berbahaya. Harus sangat berhati-hati bila ingin mendekat ke air terjun.
Pemandangan yang ditawarkan usai menempuh perjalanan 45 menit memang tidak bisa dijelaskan. Panorama disekitar air terjun Sipiso-Piso sangat indah. Bunga-bunga dan berbagai tumbuhan lain memenuhi jurang-jurang dan bukit di tempat ini. Anda belum sah dianggap sebagai penikmat alam liar bila belum pernah datang menikmati terjangan angin berkekuatan tinggi dari Sipiso-Piso.
Bila sedang datang kesini, jangan memakai pakaian tebal karena anda pasti akan kesulitan saat kembali naik ke atas. Tanah Karo memang sangat dingin. Bila kadung memakai jaket tebal saat turun ke lembah, baiknya menitipkan pakaian anda ke pos terakhir yang berada tak jauh dari lokasi. Jadi, anda bisa lebih bebas dan tidak perlu membawa pakaian basah usai bersenang-senang disini. Ingat, jangan buang sampah sembarangan.