JAKARTA – Kualitas udara Jakarta berada di posisi kelima terburuk di dunia dengan indeks kualitas udara (AQI) berada di angka 151 pada hari kedua pasca-libur Idulfitri, Rabu (18/4).
Hal itu ditunjukkan oleh data situs pemantau kualitas udara IQAir, yang pada pukul 05.35 WIB menyatakan bahwa AQI Jakarta termasuk dalam kategori tidak sehat dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5.
Melansir Antara, angka itu berarti bahwa kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sementara itu, Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menyebutkan bahwa kualitas udara di Jakarta secara keseluruhan berada pada kategori sedang.
Kategori ini berarti tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif, dan nilai estetika.
Adapun kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada Rabu pagi adalah Kathmandu, Nepal, dengan indeks kualitas udara di angka 156.
Di posisi kedua ada Hanoi, Vietnam, yang AQI-nya berada di angka 156. Yangon, Myanmar, memiliki AQI di angka 154. Kemudian Chiang Mai, Thailand, tercatat memiliki AQI di angka 153.
Membaik pada Kamis
Setelah berada di posisi kelima pada Rabu pagi, kualitas udara Jakarta tampaknya membaik. Pada Kamis (18/4) pagi, IQAir menempatkan Jakarta di posisi kesembilan belas.
Berdasarkan data IQAir pada pukul 06.26 WIB, AQI Jakarta berada di angka 119 atau dengan polusi udara PM2,5 dan nilai konsentrasi 43 mikrogram per meter kubik.
Meskipun begitu, angka tersebut tetap termasuk dalam kategori tidak sehat yang dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
