JAKARTA – Pemerintah harus segera mempersiapkan lahan penyangga yang mampu memproduksi beras untuk masyarakat yang akan tinggal di kawasan Ibu Kota Negara (IKN).
“Salah satunya adalah PR (Presiden) Jokowi adalah meminta kementerian pertanian untuk mempersiapkan lahan penyangga yang memproduksi beras agar diperkuat,” ungkap Anggota Komisi IV Bidang Firman Soebagyo saat berbincang dengan Redaksi The Editor beberapa waktu lalu.
Namun, Firman tetap pesimis di tahun 2024 ini Kalimantan Timur, terutama kawasan IKN akan mama memproduksi kebutuhan pangannya sendiri.
Kenapa Bisa Seperti Ini?
Kata Firman yang mengaku sudah beberapa kali berkunjung ke kawasan IKN, karakter tanah di Kalimantan Timur berbeda dengan di pulau-pulau lain di Indonesia.
Salah satunya adalah karakter tanah yang tidak bisa menyerap air, dan hanta mengandung unsur tambang mineral serta batubara.
Selama ini, lanjutnya, wilayah Kalimantan Timur mengandalkan air dari kawasan hutan.
Bila kawasan IKN Dibangun seperti sekarang, kata Firman lagi, maka otomatis pasokan air akan berkurang karena hutan menjadi gundul.
“Kalau kondisi tanaman hutannya yang sudah mulai gundul tentunya berbeda dengan harapan, dan keinginan atau gagasan bapak presiden. Tapi setidak-tidaknya ada cadangan mungkin tidak bisa maksimal,” ungkapnya.
Tak Tanya itu, Firman mengatakan bila musim kemarau di Kalimantan jauh lebih panjang ketimbang musim penghujan.
“Harus jelas hitung-hitungan debit airnya. Walaupun saya bukan ahli geologi, pengaruh tanah akan mempengaruhi air,” ungkapnya.
Keberadaan Waduk Belum Menjamin Air Akan Tersedia
Saat ini pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air telah menyelesaikan pembangunan Bendungan Sepaku Semoi berkapasitas 2.500 liter/ detik, dan Intake Sungai Sepaku yang berkapasitas 3.000 liter/ detik.
Namun menurut Firman, pemerintah harus paham bila selama ini Kalimantan hanya mengandalkan air tanah hujan, dan air yang mengalir dari hulu untuk masyarakat.
Menurutnya, dengan kondisi musim kemarau yang lebih panjang dari musim penghujan maka jumlah air yang akan masuk ke waduk akan sangat terbatas jumlahnya.
Selain itu, lanjutnya lagi, kawasan Kalimantan tidak bisa gundul karena mengurangi pasokan air yang bisa dikonsumsi.
“Harus jelas hitung-hitungan debit airnya. Walaupun saya bukan ahli geologi, pengaruh tanah akan mempengaruhi air,” ungkapnya.
“Kalau tidak memanfaatkan air laut untuk konsumsi seperti di Timur Tengah tapi biayanya mahal,” jelasnya.
Kalimantan Timur Bahkan Tidak Lampu Produksi Beras Untuk IKN
Kalimantan Timur harus bisa menopang kebutuhan pangan kawasan Ibu Kota Negara (IKN) terutama beras.
Demikian dikatakan oleh Ahli Manajemen Sumberdaya Air dari Universitas Gadjah Mada Professor Sahid Susanto dalam acara talkshow berjudul Posisi strategis IKN dalam Kedaulatan Pangan beberapa waktu lalu.
“Beras harus bisa diproduksi di wilayah itu. Wilayah provinsi Kalimantan Timur harus bisa menjadi wilayah pendukung IKN dalam kebutuhan beras,” ungkapnya.
Selama ini, lanjut Professor Sahid lagi, pemerintah memang telah mempersiapkan skema penyediaan beras dari daerah lain seperti Sulawesi Tengah ke kawasan IKN.
Namun, ia pesimis rencana tersebut dapat terpenuhi karena selama ini ketersediaan beras di Sulawesi juga hanya cukup untuk memenuhi wilayah itu saja.
“Saya lihat begitu. Saya lihat dari Sulawesi Tengah. Tapi dari Sulawesi Tengah seperti (kabupaten) Pinrang saja tidak mencukupi untuk wilayah Sulawesi,” pungkasnya.