MINASATENE – Kebutuhan air merupakan kebutuhan penting dalam budidaya pertanian. Kebutuhan air dapat dipenuhi secara alami dari curah atau penampungan air seperti embung.
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan adalah salah satu lumbung padi nasional di daerah Sulawesi Selatan. Minimnya jumlah air membuat petani di banyak desa di kabupaten ini hanya bisa menanam padi dua kali setahun dari yang seharusnya tiga kali dalam satu tahun.
Akibatnya, lahan pertanian di Desa Panaikang khususnya saat ini tidak lagi ditanami apapun karena musim panen padi sudah berlalu.
Debit air yang sedikit di musim kemarau membuat petani harus bersabar menanti musim hujan untuk bisa menanam padi kembali.
Sementara itu, kunjungan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo ke Desa Panaikang, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkajene Dan Kepulauan sebelum Idul Adha kemarin menyisakan pertanyaan baru bagi petani.
Pasalnya, harapan Syahrul agar petani mau menanam padi hingga tiga kali dalam satu tahun dijawab petani dengan permintaan agar pemerintah membangun penampungan air bagi mereka.
Untuk mengetahui kelanjutan cerita ini, The Editor berbincang langsung dengan Direktur Irigasi Pertanian, Rahmanto dari Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian.
“Pengajuan kegiatan yang dialokasikan dari Kementerian Pertanian, berasal dari usulan daerah, yang akan diverifikasi oleh tim dari Kementan dan disesuaikan dengan anggarannya, termasuk pembangunan irigasi atau infrastruktur lainnya”, ungkap Rahmanto saat ditanya tentang pembangunan embung di Desa Panaikang untuk petani.
Karena belum mendapat pengajuan apapun dari Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, lanjutnya, maka Kementerian Pertanian belum dapat mengirimkan tim untuk meneliti kebutuhan embung yang sebelumnya sempat diminta oleh para kelompok tani di kecamatan Minasatene agar dibangun.
Perlu diketahui, saat ini hanya sedikit petani yang bisa menanam padi di musim kemarau. Mereka kebanyakan adalah petani yang lahannya berada dekat dengan sumber air dari sungai Leang Londrong yang saat ini debitnya pun ikut berkurang karena kemarau.
Rahmanto meminta agar Bupati dan kepala dinas pertanian Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) mengajukan rencana pembangunan embung kepada kementerian pertanian. Dengan demikian pihaknya dapat segera menurunkan tim yang akan mempelajari kelayakan usulan tersebut.
Bupati Pangkep Belum Menurunkan Keputusan Apapun
Bupati Pangkep Muhammad Yusran Lalogau belum memutuskan apakah Sungai Leang Londrong akan dijadikan sebagai area sumber air bagi petani, terutama yang tinggal di Kecamatan Minasatene, Pangkep.
Saat ditemui di ruang kerjanya pekan lalu, Yusran mengatakan air dari Sungai Leang Londrong belu diketahui pemanfaatannya untuk apa di masa depan karena saat ini Ia mengaku tengah meminta tim ahli yang bisa jadikan air sungai tersebut sebagai sumber air minum.
Perlu diketahui, air dari Sungai Leang Londrong juga dipakai oleh PT Semen Tonasa untuk memenuhi kebutuhan air pabrik dan karyawannya. Sayangnya, di saat musim kemarau debit air sungai ini menurun drastis dan berpengaruh pada pengairan lahan sawah petani.
Embung Berguna Untuk Petani Dan Pemerintah
Pembangunan embung di kawasa Sungai Leang Londrong tidak hanya menguntungkan petani, tapi juga akan mendorong perkembangan pariwisata dan ekonomi Kabupaten Pangkep. Demikian dikatakan oleh Ketua KUB Tonasa Tani Jaya, Andaq Hidayat.
“Kalau embung dibangun maka pemerintah juga bisa jadikan area tersebut sebagai tempat wisata andalan Kecamatan Minasatene. Banyak wisatawan yang ingin menikmati wisata gunung dan daratan. Ditambah dengan wisata pertanian yang menarik, tentu akan menjadi nilai jual yang tinggi,” ungkap Andaq.
Ia mencontohkan daerah Ubud, Bali yang menjual area pertanian menjadi area wisata. Andaq berharap Bupati Pangkep berpikir maju dalam proses pembangunan Pangkep, terutama Kecamatan Minasatene yang merupakan salah satu daerah tujuan wisata di kabupaten tersebut.
