KALIMANTAN BARAT – Kebubu, sebuah desa yang berada di Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Melawi ini memiliki potensi alam yang sangat melimpah untuk dikembangkan. Salah satu yang tengah dikembangkan oleh masyarakat adat adalah pembuatan sarang madu kelulut.
Kelulut adalah sejenis lebah kecil tanpa sengat namun bisa menghasilkan madu yang manis. Saat ini, Masyarakat Hukum Adat (MHA) sebaju sudah memiliki sekitar 45 sarang buatan untuk peternakan madu kelulut.
“Kita targetkan sampai tahun 2020 ada 150 sarang buatan madu kelulut di pemukiman dusun Sebaju. Hari ini kawan kawan di Sebaju sangat bersemangat membuatnya,” ungkap Pengurus MHA Sebaju atau Pasak Kebebu, Syahbudin sebagaimana dirilis oleh Katalistiwa, Rabu (19/8).
Syahbudin lanjutkan, selama ini pelatihan pengembangan madu kelulut dibantu oleh suar institute kerjasama Lembaga pasak sebaju, Forum Pembangunan Berkelanjutan (FPB) dan KPH melawi dan didukung oleh Jari Borneo Barat dan WWF Indonesia.
Pelatihan dan pembuatan di Sebaju sudah dilakukan sebanyak 2 kali. Pertama, Januari 2020 disponsori oleh Jari Borneo Barat dan menghasilkan 4 sarang buatan. Sementara itu di Agustus 2020 ini dengan sokongan dana dari WWF Indonesia, masyarakat adat Sebaju mampu menghasilkan 17 sarang madu kelulut.
“Pembuatan sarang kelulut yang menghasilkan 4 sarang, 2 sarang hanya butuh 2 bulan sudah menghasilkan. Itu punya saya. Cukup lah untuk beli beras” jelas Budin.
Direktur Suar Institute, Sukartaji mengatakan bahwa potensi hutan di Sebaju sangat bagus untuk budidaya pengembangan kelulut. Hutan yang alami dan bagus dapat dijadikan sebagai tempat untuk perkembangbiakan kelulut penghasil madu.
“Budidaya madu kelulut ini akan cepat melakukan perkembangan yaitu dengan banyak melibatkan berbagai pihak, terutama Forum Pembangunan Berkelanjutan”, tutupnya.