AMERIKA SERIKAT – Tidak banyak yang tahu bila petani kokain umumnya hidup dalam kemiskinan. Hal ini diungkapkan langsung oleh Pieter Tritton atau kerap disapa Posh Pete, seorang bandar narkoba yang telah menjual lebih dari 2,5 juta kilogram ganja ke seluruh dunia.
Pieter mengaku pernah membawa 5 kilogram kokain melewati Bandara Quito di Ekuador. Ia sendiri sangat terkejut saat kokain yang telah dibungkus rapat tersebut dapat lolos tanpa pemeriksaan sama sekali.
“Dan aku bisa langsung terbang kembali ke Inggris setelah transaksi selesai,” ungkap Pieter dalam wawancaranya bersama Insider pada Rabu (8/12) lalu.
Kata Pieter, salah satu cara menyiasati agar kokain tidak terdeteksi mesin pemindai bandara dan anjing pelacak adalah dengan mengubahnya menjadi karet.
Agar terhindar dari hukuman mati karena mengedarkan narkoba, Pieter dan perusahaannya selalu menghindari negara-negara seperti Thailand, Indonesia, Saudi Arabia dan lain-lain.
Bila mengirim kokain dengan kontainer, Pieter biasanya akan memanfaatkan pejabat-pejabat korup yang doyan disuap.
Secara pribadi, Pieter mengaku tidak suka melibatkan pejabat pelabuhan dan polisi yang korup dalam menjalankan tugas ini. Pasalnya dalam pengerjaannya mereka selalu memberitahukan informasi pengiriman kokain itu ke semua rekan kerjanya.
“Seolah ini adalah hal biasa menurut mereka,” ungkapnya.
Dalam proses pembayarannya, kokain-kokain ini menggunakan jasa pengiriman uang seperti Money Gram dan Western Union.
Jadi dari setiap kokain senilai Rp1.500.000 yang dibeli, Pieter memastikan memberikan bagian ke petani daun kokain sebesar 1,5 persen hingga 2 persen. Dan 35 persen sampai 40 persen lainnya akan masuk ke para kartel. Sementara itu sisanya akan diberikan kepada para pengedar narkoba di jalanan.
Saat bekerja, Pieter selalu berusaha merekrut orang sesedikit mungkin. Karena bisnis narkoba membutuhkan kepercayaan antar pekerja yang sangat tinggi. Jadi semakin sedikit yang bekerja dengannya maka hasilnya semakin baik.
Pieter pernah di tangkap di tahun 2005 lalu dan ditahan selama 12 tahun di penjara Ekuador.
Pieter memperkirakan saat ini permintaan kokain ssangat tinggi di dunia. Di dunia teknologi seperti sekarang ini perdagangan narkoba menjadi lebih mudah karena transaksi dalam dilakukan lewat bitcoin dan ethereum.
Rata-rata petani kokain langganan Pieter berasal dari Peru, Bolivia dan Kolombia. Kokain ini ditanam di ladang-ladang yang letaknya jauh ke pedalaman desa.
Di Peru harga 1 kilo daun kokain dibanderol sekitar Rp10.000.000 hingga Rp17.300.000. Yang mahal adalah zat-zat kimia yang akan dipakai untuk memproses daun-daun tersebut.
Selain sulit dibeli, orang-orang yang bertransaksi bahan-bahan kimia pembuat kokain juga sangat dipantau oleh pemerintah.
Bahan-bahannya adalah methanol yang merupakan alkohol murni, hydrochlorid acid, sulfuric acid, aseton dan karbon aktif.
Agar mudah mendapatkan bahan-bahan tersebut, Pieter mengaku pernah membangun sebuah perusahaan obat-obatan agar bisa leluasa membeli bahan-bahan tersebut di pasaran.
Pieter sendiri bisa mengetahui asal muasal sebuah kokain dengan hanya memegangnya saja tanpa perlu menelitinya lebih lanjut.
“Tahu dari bahan kimia yang biasa mereka pakai,” ujar Pieter kepada Insider pada Rabu (8/12) lalu.
Dalam proses pengirimannya, Pieter biasanya akan memakai jasa seorang pekerja kantoran dengan bayaran Rp190 juta sampai Rp228 juta rupiah.
Mereka akan dibayar saat tiba di Inggris tempat dimana kokain itu akan di ekstraksi. Dan bila dananya mencukupi maka si pembawa kokain akan langsung dibayar langsung begitu turun dari pesawat.