AUSTRALIA – Penutupan sejumlah fasilitas umum, lockdown, kewajiban mengenakan masker, dan sejumlah pembatasan lainnya telah bergeser dari hal yang tidak biasa menjadi sesuatu yang lumrah selama pandemi covid-19 berlangsung kurang lebih dua tahun ini.
Tidak dapat dipungkiri, perubahan-perubahan tersebut lantas membawa cara hidup yang baru bagi sebagian besar orang di seluruh dunia.
Pihak-pihak berwenang pun berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkan berbagai peraturan demi menjaga populasi di dalam daerah mereka tetap stabil.
Dalam situasi yang terus berubah dan terkadang tidak stabil ini, faktor keamanan menjadi satu hal yang menarik untuk diperhatikan.
Dilansir dari BBC, Economist Intelligence Unit baru saja merilis Indeks Kota Aman 2021 yang berisikan 60 kota dari berbagai negara dengan penilaian tertentu pada 76 indikator yang telah ditentukan.
Indikator tersebut termasuk keselamatan di seluruh infrastruktur, kehidupan digital, keamanan pribadi, faktor lingkungan, dan, tentu saja, kesehatan–dengan kesiapsiagaan pandemi dan kematian akibat covid-19.
Kota terbesar di Australia sekaligus ibu kota negara bagian New South Wales, Sydney, menjadi salah satu yang menempati peringkat teratas karena dinilai memiliki faktor-faktor yang menggambarkan bagaimana keamanan secara keseluruhan berkorelasi dengan rasa kohesi sosial yang kuat, inklusi populasi total, dan kepercayaan masyarakat.
Keamanan di Sydney
Selain menempati peringkat lima besar dalam indeks, Sydney juga menempati peringkat 10 besar dalam hal keamanan kesehatan sendiri.
Seperti yang diketahui, Australia adalah salah satu negara pertama yang menutup perbatasannya selama pandemi secara keseluruhan dan memberlakukan lockdown yang ketat dalam menghadapi peningkatan kasus covid-19.
Kedua hal tersebut berperan dalam tingkat kematian per kapita covid-19 di Australia yang terus menjadi salah satu yang terendah di dunia.
Hal itu membuat tingkat kematian per kapita covid-19 di Australia terus menjadi salah satu yang terendah di dunia.
Kemudian, menyusul capaian vaksinasi yang telah mencapai 70 persen di New South Wales, banyak dari pembatasan tersebut yang diperkirakan akan dicabut dan perbatasan internasional akan dibuka pada bulan November lalu.
Kondisi tersebut tidak hanya menciptakan rasa aman dari pandemi, melainkan juga rasa aman secara keseluruhan bagi warganya. Mereka tidak takut untuk mengelilingi kota sendirian.
“Saya benar-benar tidak pernah merasa aman di negara seperti saya tinggal di Sydney,” kata Chloe Scorgie, pendiri situs web perjalanan Australia Passport Down Under. Ia pertama kali pindah ke Sydney pada tahun 2018 lalu.
“Saya berkeliling Sydney sebagai pelancong wanita solo dan tidak pernah merasa seperti saya dalam bahaya,” lanjutnya.
Kota ini juga menempati peringkat nomor satu dalam keamanan digital, yang mencakup kebijakan privasi kota, perlindungan dan ancaman keamanan siber, serta rencana kota pintar secara keseluruhan.
Sydney telah memimpin upaya ini sebagian dengan kerangka strategis Kota Cerdasnya, yang menguraikan beberapa inovasi yang direkomendasikan untuk kota yang lebih terhubung dan lebih aman.
Misalnya, rencana tersebut menguraikan penempatan sensor pintar di tempat sampah, lampu jalan, dan bangku untuk mengumpulkan informasi tentang penggunaan keseluruhan, arus transportasi, dan aktivitas pejalan kaki.
Selain itu, pencahayaan cerdas dan jaringan CCTV dapat meningkatkan keamanan setelah gelap dan kehidupan ekonomi pada malam hari.
Beberapa dari ide ini telah diterapkan di Sydney selatan dalam bentuk hub ChillOUT–ruang terbuka di mana penduduk dapat bertemu di bawah pencahayaan cerdas. Mereka dapat terhubung ke WiFi dan mencolokkan elektronik.
Data penggunaan kemudian dikirim kembali ke pemimpin kota sehingga mereka dapat memahami dan beradaptasi dengan cara warganya berinteraksi dengan infrastruktur kota.
Sumber: BBC
