THE EDITOR – Primaya Hospital resmi telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Surya seluas 2800 m2 di atap gedung rumah sakit pertama di Kota Bekasi dan rumah sakit swasta pertama di Jabodetabek yang menggunakan PLTS sebagai sumber energi alternatif dengan kapasitas lebih dari 300 kWp.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya tersebut diresmikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang diwakili oleh drg. Yuli Astuti Saripawan, selaku Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yang berkesempatan hadir dan mengunjungi langsung lokasi panel surya di atap Primaya Hospital Bekasi Timur pada hari Sabtu (7/9) lalu.
Panel surya tersebut dapat menghasilkan energi bersih sebanyak 524 ribu kWh setiap tahunnya atau setara dengan penekanan emisi karbon sebesar 469 ribu kilogram per tahun.
Energi bersih sebanyak 524 ribu kWh setara dengan penggunaan listrik tahunan lebih dari 250 rumah atau perjalanan menggunakan mobil listrik lebih dari 2500 mil.
Dengan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini sama dengan menghemat lebih dari 300 Barel minyak dan mengurangi lebih dari 1.600 gram limbah nuklir
Sebagai gambaran, penekanan emisi karbon yang dihasilkan dari pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya ini setara dengan dampak positif penanaman lebih dari 6.000 pohon.
Pada kata sambutannya, drg. Yuli Astuti Saripawan, M.Kes, Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyampaikan
“Dengan diresmikannya PLTS ini, Primaya Hospital dapat terus berkomitmen pada pengembangan teknologi ramah lingkungan dan menjadi pelopor dalam menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan di sektor kesehatan. Kami berharap, langkah ini akan menginspirasi banyak pihak untuk ikut berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan,” kata drg. Yuli dalam sambutannya.
Pemanasan global merupakan proses peningkatan suhu bumi yang berlebihan, penyebabnya adalah gas rumah kaca yang berlebihan, bukan hanya gas rumah kaca penggunaan energi fosil yang terlalu banyak juga sangat berpengaruh, seperti batu bara dan minyak bumi.
Perlu diketahui, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan, total emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor industri Indonesia mencapai 238,1 juta ton CO2e (Ekuivalen karbon dioksida) di tahun 2022.
Penggunaan panel surya dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan dampak lingkungan negatif lainnya yang dihasilkan dari sumber energi konvensional. Hal ini membantu menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
PANEL SURYA INI MAMPU PENUHI 20% KEBUTUHAN LISTRIK RUMAH SAKIT
Leona A. Karnali, CEO Primaya Hospital Group mengatakan bila keberadaan panel surya ini akan memenuhi lebih dari 20% kebutuhan listrik rumah sakit Primaya di Bekasi Timur.
Selain itu, lanjutnya, untuk mendukung strategi penghematan energi, kami juga menggunakan teknologi sensor pintar untuk mengoperasikan lampu penerangan untuk menunjang penggunaan listrik yang lebih efisien.
“Besar harapan kami, upaya yang kami lakukan ini dapat bermanfaat untuk generasi di masa depan,” ungkapnya.