INDIA – 200 tahun menguasai India adalah masa yang sangat menyakitkan bagi India karena pada akhirnya Inggris hanya meninggalkan kerusakan yang disertai dengan kemiskinan dan kelaparan. Business Today mengatakan bahwa kekayaan India saat dikuasai Inggris habis seketika dalam dua abad.
Seorang Ekonom asal India Utsa Patnaik meneliti dan mempublikasikan data tentang besaran uang yang telah diraup oleh Inggris selama 173 tahun menduduki India.
Utsa dalam esainya yang diterbitkan oleh Columbia University Press tahun 2018 lalu menuliskan jawabannya yakni lebih dari 45 triliun dollar. Ini yang mengakibatkan India sangat kesulitan keluar dari kemiskinan.
Wanita lulusan Universitas Oxford ini mengatakan juga bahwa bekas luka ini masih tetap ada hingga sekarang padahal Inggris telah meninggalkan India lebih dari 70 tahun yang lalu.
“Antara tahun 1765 dan 1938 Inggris mengambil 9,2 triliun poundsterling atau setara dengan 45 triliun dollar Amerika Serikat. Patokannya adalah surplus ekspor India dan menggabungkannya dengan bunga 5 persen,” ujar Utsa dalam wawancara dengan Mint.
Ia mengatakan bahwa kenyataannya hingga sekarang, India tidak pernah dihargai padahal Inggris mengambil emas-emas berharga mereka untuk memberi makan warga Inggris.
Berdasarkan penelitian Utsa, pendapatan per kapita negara itu hampir stabil selama periode 1900 hingga 1945 hingga 1946. Pada tahun 1900 hingga 1902, pendapatan per kapita India mencapai Rs 196,1, sementara itu di tahun 1945 hingga 1946 hanya Rs 201,9 atau tepat setahun sebelum India merdeka.
Selama periode ini, pendapatan per kapita naik hingga maksimum Rs 223,8 pada 1930 hingga 1932. Semua ini terjadi saat India berhasil mencatat pendapatan surplus ekspor mereka adalah terbesar kedua di dunia selama tiga dekade sebelum tahun 1929.
Kata Utsa, setiap tahun orang Inggris menyedot sumber daya alam India yang nilainya setara dengan 26-36 persen dari anggaran pemerintah pusat. Kondisi ini menghambat kemajuan India karena dalam hal indikator kesehatan dan kesejahteraan sosial saja India masih tertinggal.
Utsa juga mengungkapkan data yang mengejutkan. Di tengah tingginya angka kemiskinan dan kematian masyarakat India, pemerintah Inggris tetap mengambil uang hasil jerih payah negara tersebut.
“Harapan hidup orang India saat lahir baru 22 tahun pada tahun 1911,” kata Utsa.
Inggris mengekspor biji-bijian dan memberlakukan pajak tinggi yang menyebabkan menurunnya data beli masyarakat India dan menimbulkan kelaparan.
Menurut ekonom tersebut, konsumsi makanan warga India per kapita per tahun adalah 200 kg pada tahun 1900, turun menjadi 137 kg selama Perang Dunia II pada tahun 1946. Akibatnya posisi India pada masa kemerdekaan suram di semua lini sosial.
Sebelum Utsa, pemimpin Kongres dan penulis Shashi Tharoor dalam bukunya Inglorious Empire juga menyebutkan bila perdana menteri Inggris Winston Churchill yang dianggap sebagai pemimpin masa perang yang hebat dan pelindung kebebasan berbicara adalah seorang diktator genosida paling buruk di abad 20.
Kepada BBC Shashi menyampaikan cibirannya kepada Winston yang disebut sebagai rasul kebebasan demokrasi oleh orang Inggri ketika pada kenyataannya Ia menuding banyak darah orang India yang mengalir di tangannya.