20.3 C
Indonesia

Gunung Berapi Meletus di Pulau Galapagos, Rumah Bagi Iguana Merah Muda Langka

Must read

GALAPAGOS – Taman Nasional Galapagos pada Jumat (7/1) mengumumkan bahwa gunung berapi di sebuah pulau di Galapagos telah meletus. Mengingat kawasan ini adalah rumah bagi iguana yang terancam punah, mereka mengatakan para iguana berada jauh dari daerah terdampak.

Perlu diketahui, per Agustus lalu, jumlah iguana merah muda yang ada di lereng gunung berapi Wolf hanya sekitar 211 ekor. Jumlah itu sekaligus yang dilaporkan tersisa di Isabela, pulau terbesar di kepulauan Galapagos.

Gunung berapi itu adalah titik tertinggi di Galapagos, berjarak sekitar 100 kilometer (62 mil) dari pemukiman manusia terdekat.

Baca Juga:

Dalam sebuah pernyataan yang dibagikan di Facebook pada hari Jumat, Taman Nasional Galapagos mengatakan gunung berapi itu mengeluarkan gumpalan asap dan abu setinggi beberapa ribu meter. 

Asap dan abu itu kemudian diketahui bergerak menuju sisi utara pulau, area yang tidak dihuni siapapun sehingga tidak menimbulkan risiko.

Taman nasional mengatakan, pada Jumat pagi, mereka telah mengirim delapan penjaga taman dan ilmuwan yang bekerja dengan iguana merah muda untuk memeriksa situasi sebagai tindakan pencegahan. 

“Tim mengonfirmasi bahwa habitat spesies ini jauh dari letusan dan zona terdampak, jadi tidak ada tindakan perlindungan tambahan yang sedang dipertimbangkan,” bunyi pernyataan itu.

Terletak di kawasan Pasifik, sekitar 1.000 km (600 mil) dari lepas pantai Ekuador, Kepulauan Galapagos adalah kawasan satwa liar yang dilindungi dan rumah bagi spesies flora dan fauna yang unik. 

Kepulauan ini dibuat terkenal oleh ahli geologi dan naturalis Inggris Charles Darwin. Ia melakukan pengamatannya tentang evolusi di sana.

Daerah ini juga diketahui menampung iguana kuning dan kura-kura raksasa Galapagos yang terkenal.

Iguana merah muda pertama kali ditemukan oleh penjaga taman pada tahun 1986. Pada tahun 2009, Galapagos Conservation Trust (GCT) mengklasifikasikan iguana merah muda sebagai spesies terpisah dari iguana darat lainnya di Galapago.

Mereka adalah badan amal terdaftar di Inggris yang bekerja pada konservasi di pulau-pulau tersebut.

GCT mencantumkan informasi mengenai iguana sebagai “salah satu spesies paling rentan di Galapagos” di situs web mereka.

Hal ini disebabkan jumlahnya yang hanya ada sekitar 200 dari mereka yang tersisa di pulau itu, terbatas pada area seluas 25 km persegi (9,6 mil persegi) di lereng gunung berapi Wolf. Mereka tidak ditemukan di tempat lain.

“Penampilannya mirip dengan iguana darat Galapagos, mereka memiliki kepala pendek dan kaki belakang yang kuat dengan cakar tajam di jari kaki mereka, tetapi meskipun penampilan mereka menakutkan, mereka sejatinya adalah herbivora–memakan daun dan buah pir berduri,” tulis GCT dalam web mereka,” ungkapnya.

“Satu-satunya ciri khas mereka adalah warna mereka; merah muda dengan garis-garis vertikal gelap di sepanjang tubuh mereka,” tambahan dalam Çatalan GCT.

Gunung berapi Wolf terakhir meletus pada 2015 setelah 33 tahun tidak aktif, tanpa mempengaruhi satwa liar setempat.

Sementara itu, Institut Geofisika Quito mengatakan gunung berapi setinggi 1.707 meter (5.600 kaki) itu memuntahkan awan gas dan abu setinggi 3.800 meter (12.467 kaki) ke udara, dengan aliran lava di lereng selatan dan tenggaranya.

Pulau Isabela juga menampung empat gunung berapi aktif lainnya.

Sumber: Al Jazeera

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru