JAKARTA – Elon Musk mengumumkan pembentukan startup baru yang berbasis kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI).
Perusahaan itu diberi nama xAI, dan mencakup beberapa insinyur yang pernah bekerja di perusahaan-perusahaan serupa seperti OpenAI dan Google.
Pembentukan perusahaan ini menyusul pernyataan Musk sebelumnya, yang menyebutkan bahwa dirinya yakin perkembangan AI harus dihentikan sementara dan bahwa sektor ini membutuhkan regulasi.
Start-up barunya ini, menurutnya, diciptakan untuk “memahami realitas”.
Melansir BBC, tidak jelas berapa banyak dana yang dimiliki entitas itu, apa tujuan spesifiknya, atau jenis kecerdasan buatan apa yang ingin difokuskan oleh perusahaan.
Situs web perusahaan hanya menyatakan bahwa tujuan xAI adalah untuk “memahami sifat sebenarnya dari alam semesta”.
Mereka akan mengadakan obrolan di Twitter Spaces besok, Jumat (15/7), dan mungkin akan mengungkapkan rincian lebih lanjut tentang tujuannya.
Elon Musk adalah salah satu pendukung asli OpenAI, yang kemudian menciptakan model bahasa besar ChatGPT yang populer, yang–seringkali kontroversial–menjadi populer untuk digunakan seperti membantu siswa mengerjakan tugas sekolah.
Akan tetapi, hubungan miliarder dengan perusahaan itu memburuk. Ia bahkan mengkritik ChatGPT karena bias liberal.
“Yang kami butuhkan adalah TruthGPT,” tulis Musk di Twitter pada Februari lalu.
Ia juga tidak setuju dengan bagaimana ChatGPT dijalankan–dan hubungannya yang erat dengan Microsoft.
“Rasanya aneh bahwa sesuatu bisa menjadi nirlaba, sumber terbuka dan entah bagaimana mengubah dirinya menjadi sumber laba tertutup,” kata Musk dalam wawancara CNBC.
Pada Maret, Musk menandatangani surat terbuka yang menyerukan jeda untuk “Eksperimen AI Raksasa”, yang hingga saat ini memiliki sekitar 33.000 tanda tangan.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC pada bulan April, Musk mengatakan dirinya telah mengkhawatirkan keamanan AI selama lebih dari satu dekade.
“Saya kira harus ada badan pengawas yang dibentuk untuk mengawasi AI agar tidak menimbulkan bahaya bagi masyarakat,” ujarnya.
Musk juga menempatkan dirinya beradu dengan perusahaan AI karena data yang mereka gunakan untuk melatih chatbots–perangkat lunak yang mempelajari bagaimana manusia berinteraksi dengan mengorek banyak data dari berbagai sumber untuk mendorong pengetahuan dan gaya interaksinya.
Miliarder itu percaya sejumlah besar data Twitter diambil, dan perusahaan harus diberi kompensasi yang memadai.
Sebagai informasi, Musk membeli platform microblogging itu dalam kesepakatan bernilai miliaran, sebelum membuat perubahan besar yang menyebabkan banyak orang meninggalkannya sebagai bentuk protes.
Sumber: BBC
Baca juga: Begini Jawaban Robot AI Ketika Ditanya tentang Pemberontakan