JAKARTA – Beberapa harga komoditas pertanian kadang dihargai sangat murah di pasaran. Di Pajak Tigapanah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara misalnya harga tomat petani hanya laku Rp5.000 per kilogram, cabai merah keriting Rp8.000 per kilogram, terung Rp800 per kilogram dan sayur putih Rp800 per kilogram
Masih dari lokasi Pajak Tigapanah, The Editor juga mengetahui harga jual jeruk petani hanya berkisar di angka Rp7.000 sampai Rp8.000 per kilogram.
Untuk mengetahui perbandingan harga di kabupaten tim liputan redaksi coba memantau harga kebutuhan pokok di situs Kementerian Pertanian di http://aplikasi.pertanian.go.id/smshargakab/. Dan ternyata hasilnya sangat mengecewakan karena seluruh daftar produsen komoditas pangan yang seharusnya diisi harian ternyata kosong melompong. Data kosong juga ditemukan di daftar informasi harga komoditas pertanian kabupaten lainnya. Tampaknya situs tersebut dibuat hanya untuk dipajang.
Karena tidak menemukan data yang dimaksud, akhirnya tim liputan redaksi menyusuri situs Info Pangan Jakarta untuk menemukan daftar harga di pasaran eceran. Dari sana diketahui harga komoditi pangan di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur harga tomat dibanderol hingga Rp12.000 per kilogram, cabai merah keriting Rp10.000 per kilogram dan jeruk medan Rp35.000 per kilogram.
Mengetahui hal tersebut, redaksi coba menunjukkan perbedaan harga yang cukup signikan itu kepada petani. Seperti yang diduga, mereka kecewa dan berharap ada perbaikan harga di tingkat pembeli.
“Harga jeruk di pajak (pasar) hanya Rp7.000 dan akan lebih murah lagi kalau pembeli petik langsung . Jadi kami sebenarnya rugi,” ujar Juita (31) petani asal Desa Simpang Sinaman, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Selain memepertanyakan perbedaan harga yang signifikan, Ia juga membeberkan bahwa di Pajak Tigapanah dan Pajak Kabanjahe, Tanah Karo terkadang harga jual dan harga beli hanya beda Rp2.000 saja. Misalnya, petani menjual tomat Rp5.000 per kilogram, namun saat tiba di pengecer harganya juga tak lebih dari Rp7.000 hingga Rp8.000 per kilogram. Dengan kata lain, menjadi seorang petani dan pengecer sama ruginya, apalagi kalau hasil panen yang dijual hanya sedikit.
“Karena lahan yang sempit, kami hanya mampu panen 50 hingga 100 kilogram tomat dan cabai. Jadi modal saja kadang tidak kembali,” jelasnya.
Ia berharap pemerintah, terlebih Bupati Tanah Karo, lebih peduli pada kondisi harga panen petani. Pasalnya, sudah lama harga panen jatuh namun tidak ada respon dari pemerintah. Karena dihargai sangat murah, petani Tanah Karo kerap kali menunjukkan protes dengan membuang hasil panenan mereka ke jalanan atau membiarkannya membusuk begitu saja. Namun tetap saja tidak ada respon yang berarti, harga tetap murah sementara itu biaya hidup terus meningkat.
“Kami berharap pemerintah pusat yang langsung hadir dan turun tangan,” pungkasnya.