26.4 C
Indonesia

Cincin Saturnus Menghilang Lebih Cepat dari Yang Diperkirakan

Must read

JAKARTA – Saturnus dikenal sebagai planet raksasa yang memiliki cincin di tata surya kita.

Sebagian besar cincinnya itu terbuat dari bongkahan es dan batu yang terus menerus dibombardir oleh radiasi UV Matahari dan meteorit-meteorit kecil di sekitarnya.

Lalu, apa jadinya Saturnus jika tak memiliki cincin? Dan, mungkinkah itu?

Nyatanya, hal itu tengah terjadi saat ini–bahkan terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Mengutip UNILAD, bertabrakannya partikel es penyusun cincin Saturnus dengan meteorit akan membentuk molekul air bermuatan yang kemudian berinteraksi dengan medan magnet Saturnus sebelum jatuh ke planet tersebut sebagai semacam hujan.

Menurut penelitian yang dikumpulkan oleh pesawat ruang angkasa Cassini NASA pada tahun 2017, hal itu terjadi dengan cepat.

‘Hujan cincin’ itu membuang partikel-partikel penyusun cincin sebanyak 10.000 kilogram setiap detiknya.

Seorang insider menjelaskan bahwa itu setara dengan dua kolam renang berukuran Olimpiade yang diisi setiap jam.

Misi NASA Voyager pertama kali menemukan ‘hujan cincin’ dan konsep cincin Saturnus yang menghilang pada 1980-an.

Akan tetapi, saat itu diyakini bahwa fenomena ini akan memakan waktu sekitar 300 juta tahun untuk mencairkan cincin secara keseluruhan.

Data yang kemudian dikumpulkan oleh Cassini mengungkap kenyataan yang agak jauh berbeda, bahwa sebenarnya proses tersebut berlangsung jauh lebih cepat.

Meskipun begitu, Anda tidak perlu khawatir akan melihat Saturnus kehilangan cincinnya setahun dari sekarang.

Atau dua tahun, lima tahun, dua puluh tahun, bahkan seratus tahun. Karena para ahli memperkirakan dibutuhkan waktu sekitar 100 juta tahun sebelum cincin itu benar-benar hilang.

Adapun Saturnus pada bulan lalu dipastikan sedang menuju ‘musim berbicara’, yaitu sebuah fenomena yang terjadi setiap 15 tahun dan selama itu noda-noda besar–dijuluki ‘jari-jari’ oleh NASA–muncul di cincin Saturnus.

Meskipun pertama kali ditemukan pada 1980-an, NASA masih belum sepenuhnya yakin apa penyebabnya.

Gambar baru dari Teleskop Hubble menunjukkan bahwa, sekali lagi, ‘musim bicara’ sedang berlangsung.

Para ilmuwan pun berharap bahwa bidikan baru ini akan membantu mereka mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Seorang ilmuwan planet NASA Amy Simon mengatakan ini berkat program OPAL Hubble, yang membangun arsip data di planet tata surya bagian luar.

“Kami akan memiliki waktu yang lebih lama untuk mempelajari jari-jari Saturnus musim ini daripada sebelumnya,” tuturnya.

 

Sumber: UNILAD

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru