PRANCIS – Jalan paling terkenal di Paris, Prancis, Champs-Elysees, pada Minggu (4/6) berubah menjadi arena terbuka untuk lomba menulis dikte massal.
Lebih dari 50.000 orang dilaporkan mendaftar untuk berpartisipasi dalam acara tersebut, yang baru kali ini diselenggarakan di dunia.
Dalam lomba unik itu, para peserta diharuskan bersungguh-sungguh dan tanpa kesalahan menyalin teks yang dibacakan untuk mereka.
Dari 50.000 orang, lebih dari 5.000 di antaranya, yang berusia 10-90 tahun, dipilih untuk berpartisipasi dalam tiga sesi lomba yang dipimpin oleh novelis Rachid Santaki.
Dengan 1.779 meja ditata di boulevard paling terkenal di Paris itu untuk setiap sesinya, penyelenggara berusaha memecahkan rekor dunia untuk kompetisi menulis dikte.
Di babak pertama, kutipan La Mule du Pape karya penulis terkenal Prancis Alphonse Daudet dibacakan oleh seorang jurnalis dari Libraries Without Borders, Augustin Trapenard.
Keheningan langsung menyergap seketika sesi pertama dimulai–namun untuk Samson yang berusia 10 tahun, dikte itu “terlalu cepat”. Ia pun menyerah.
Peserta belia lainnya adalah Antoine, yang masih duduk di tahun terakhir sekolah dasar. Ia menghadiri lomba itu bersama ayahnya.
Meskipun ia dikenal sebagai murid yang cerdas, ia ternyata kesulitan untuk mengisi lembar jawabannya.
“Tidak mungkin! Dikte itu untuk orang dewasa,” katanya.
Ayahnya, Adrien Blind (42), merasa lega ketika sesi selesai, mengatakan bahwa dirinya “dalam keadaan stres dan khawatir”.
Di sisi lain, seorang pensiunan berusia 65 tahun bernama Touria Zerhouni tampil lebih optimis.
“Saya hanya membuat dua kesalahan! Saya berharap ini akan jauh lebih sulit,” katanya.
Kompetisi ini tak hanya menguji pengetahuan para pesertanya dengan karya klasik Prancis, karena hadir juga bacaan bertema olahraga yang dibacakan oleh pemain rugby Pierre Rabadan dan bacaan bercita rasa kontemporer yang dibacakan oleh penulis dan jurnalis Katherine Pancol.
Marc-Antoine Jamet, presiden Komite Champs-Elysees yang menjadi tuan rumah, mengatakan bahwa acara tersebut melampaui sekadar lomba menulis dikte.
“Dikte membantu kita untuk hidup bersama. Itu menyatukan,” katanya.
Sumber: France 24