20.4 C
Indonesia

Apa Peran Kecoak di Bumi, Selain Membuat Manusia Berlari Ketakutan?

Must read

JAKARTA – Dalam pemberitaan sebelumnya, disebutkan bahwa sekelompok ilmuwan di Heriot-Watt University, Skotlandia, telah berhasil menciptakan senjata laser yang mampu membunuh kecoak.

Senjata berteknologi machine learning tersebut diklaim dapat melacak pergerakan serangga yang amat dibenci oleh banyak orang itu.

Seperti yang diketahui, pemandangan orang yang berlarian sambil berteriak kala mendapati kehadiran seekor kecoak di dekatnya sudah bukan hal yang asing.

Baca Juga:

Baik tua maupun muda, perempuan maupun laki-laki, banyak dari mereka yang berusaha keras mengusir atau bahkan membunuh serangga tersebut secepat mungkin.

Padahal, dilansir dari CNN Indonesia, takut pada kecoak disebut sebagai sesuatu yang “tidak masuk akal” secara logis.

Hal ini karena kecoak bukanlah vektor/perantara penyakit seperti nyamuk, tidak menyedot darah manusia, dan belum juga pernah tercatat sebagai pemicu pandemi.

Kecoak dihindari semata-mata karena keberadaannya di banyak tempat kotor dan kecepatannya dalam bergerak sehingga banyak orang terkadang bereaksi di luar kendali, berlari dan berteriak ketakutan.

Oleh karena ketakutan itu, keberadaan kecoak di muka bumi pun mulai dipertanyakan. Apa yang bisa dilakukan oleh serangga menyebalkan ini?

Untuk menjawab pertanyaan itu, profesor dan ketua departemen biologi di University of Texas di Tyler Srini Kambhampati menjelaskan apa yang akan terjadi jika kecoak tidak ada di dunia.

Pertama, rantai makanan akan terganggu. Kecoak, sebagaimana serangga lainnya, adalah makanan bagi spesies burung dan mamalia kecil.

Meskipun hilangnya kecoa tidak akan menyebabkan pemangsanya punah, jumlah mereka dipercaya akan terus menyusut dan kemudian berpengaruh pada hewan-hewan lain yang juga memangsa mereka.

Tikus, misalnya. Menurunnya jumlah tikus akibat hilangnya kecoak sebagai salah satu sumber makanan mereka akan menyebabkan hewan-hewan seperti kucing, serigala, dan hewan pemangsa seperti elang juga kesulitan dalam mendapatkan makanan.

Hal tersebut pun akan membuat rantai makanan tidak stabil, ekosistem terganggu, dan berujung pada kehidupan manusia yang juga ikut terdampak.

Kedua, siklus nitrogen. Kecoak tidak hanya berperan sebagai makanan para hewan pemangsa, melainkan juga penyedia nitrogen untuk tumbuhan.

Kebanyakan kecoak, menurut Kambhampati, memakan bahan organik yang membusuk, yang menangkap banyak nitrogen.

“Kecoak menangkap banyak nitrogen yang kemudian [lewat kotorannya] masuk ke tanah dan digunakan oleh tanaman,” jelasnya.

“Dengan kata lain, kepunahan kecoak akan berdampak besar pada kesuburan hutan dan oleh karena itu secara tidak langsung [berdampak] pada semua spesies yang hidup di sana,” imbuhnya.

Sebagian besar spesies kecoak memang diketahui tinggal di hutan. Sementata itu, yang bersinggungan dengan kehidupan manusia bahkan tidak menyentuh 1 persen dari seluruhnya.

“Ada sekitar lima atau enam spesies yang berasosiasi dengan manusia, dan sayangnya mereka memberi nama buruk pada 4.900 spesies [kecoak lainnya] yang hidup tenang di hutan,” pungkas Kambhampati.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru