MAKASSAR – Untuk mengendalikan banjir di Kota Makassar, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun bendungan Jenelata.
“Kita berharap dengan fungsi dari Bendungan Jenelata akan lebih optimal untuk mereduksi banjir di Kota Makassar serta membantu saat kekeringan,” ujar Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ) Suryadarma Hasyim dalam keterangan yang dite rima oleh Redaksi The Editor pada Kamis (18/7).
Ancaman banjir ini, menurut Hasyim, harus segera diatasi karena keberadaan bendungan Bili-Bili saat ini sudahtidak memadai untuk menampung air sebagai pengendalian banjir ketika curah hujan besar, seperti yang terjadi pada 2019 lalu, di mana dampak banjir sangat terasa di Kota Makassar.
Oleh karena itu dikatakan Suryadarma, Bendungan Jenelata juga akan dimanfaatkan untuk menahan luapan air Sungai Jenelata yang berhilir ke Sungai Jeneberang, sehingga dapat membantu Bendungan Bili-Bili yang juga membendung hulu Sungai Jeneberang.
Bendungen Jenelata Untuk Menampung Air
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan bendungan dan embung sebagai tampungan air di berbagai wilayah Indonesia merupakan salah satu upaya nyata untuk mengatasi ancaman perubahan iklim (climate change), terutama menghadapi cuaca ekstrim.
“Untuk menghadapi ancaman perubahan iklim (climate change) Pemerintah Indonesia harus memperbanyak tampungan air (reservoar), baik itu embung dan bendungan. Kita utamakan bendungan agar di saat kemarau masih ada cadangan air yang cukup besar. Dan di musim hujan, mampu menjadi tampungan yang efektif menahan debit banjir,” kata Menteri Basuki.
Selain sebagai pengendali banjir, lanjutnya, Bendungan Jenelata juga berfungsi sebagai sumber air irigasi bagi lahan pertanian seluas 26.773 hektar yakni di Daerah Irigasi (D.I) Bili-bili seluas 2.400 Hektar, Daerah Irigasi di Bissua seluas 13.916 Hektar, dan Daerah Irigasi di Kampili seluas 10.457 hektar.
Bendungan Jelenata juga diyakini dapat berfungsi sebagai sumber penyediaan air baku berkapasitas 6,05 m3/dt untuk Bili-Bili, Jenelata, kebutuhan air pabrik gula dan lahan tebu di Takalar, dan Intake Sungguminasa.
Sebagai info, PUPR merilis bila Bendungan Jenelata dengan tampungan berkapasitas 223,6 juta m3 juga mempunyai potensi pembangkit listrik tenaga hidro sebesar 7 MW, serta pariwisata air dan kuliner.
Pengerjaan konstruksinya dilakukan oleh PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) Bersama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, dengan KSO CAMC Engineering Co., Ltd dari China dengan nilai kontrak pembangunan sebesar Rp 4,1 triliun.
Pendanannya bersumber dari dana pinjaman (loan) Pemerintah China dan dana APBN. Konstruksinya telah dilaksanakan sejak Oktober 2023 dan direncanakan rampung pada 2028 mendatang dengan progres pekerjaan saat ini galian tubuh bendungan (main dam) dan area pelimpah