JAKARTA – Kita mengenal pupuk kompos sebagai pupuk yang memanfaatkan sampah rumah tangga.
Pembuatannya cenderung digalakkan di beberapa daerah guna mengurangi kuantitas sampah di lingkungan tempat tinggal dengan mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi tanaman.
Melansir laman resmi Kementerian Pertanian, pupuk kompos didefinisikan sebagai salah satu pupuk organik yang dibuat dengan cara menguraikan sisa-sisa tanaman dan hewan dengan bantuan organisme hidup.
Pembuatan pupuk kompos memerlukan bahan baku berupa material organik dan organisme pengurai–yang dapat berupa mikroorganisme maupun makroorganisme.
Material organik yang dimaksud tak lain adalah sampah rumah tangga di sekitar kita.
Hal ini menjadikan pembuatannya mudah dilakukan dengan hasilnya bahkan bisa digunakan untuk pertanian skala pekarangan.
Meskipun begitu, tidak semua sampah rumah tangga dapat dijadikan pupuk kompos.
Ini disebabkan bahan baku dari sampah tersebut yang tidak dapat mendukung jalannya proses pertumbuhan tanaman yang memanfaatkan kekayaan tanah tempat pupuk disebar.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP) Kementerian Pertanian Ali Jamil lewat akun Instagram-nya, @dirjenpsp, menjelaskan contoh-contoh sampah rumah tangga yang bisa dan tidak bisa dijadikan pupuk kompos.
Sampah rumah tangga yang bisa dijadikan pupuk rumah tangga di antaranya adalah sampah sisa makanan (sayur-sayuran hingga daging busuk), kertas bekas maupun tisu, serta dedaunan dan rumput.
Potongan kayu, bumbu dapur yang telah kadaluarsa, rontokan bulu hewan, debu dari belakang lemari es, dan kotoran hewan peliharaan juga bisa menjadi bahan pembuatan pupuk kompos.
Sementara itu, tumbuhan yang terkena penyakit, kertas kado metalik, kotak minuman yang dilapisi bahan metal tidak bisa menjadi bahan pupuk kompos.
Kaleng bekas makanan atau minuman, kardus makanan bertekstur greasy, botol, serta bahan-bahan seperti kaca, besi, aluminium, dan plastik juga termasuk sampah rumah tangga yang tidak bisa menjadi pupuk kompos.
“Kompos terbuat dari bahan organik yang telah mengalami pelapukan yang diakibatkan oleh mikroorganisme yang tumbuh subur pada lingkungan lembab dan basah,” tulis Ali Jamil.
“Kompos sendiri berfungsi untuk meningkatkan daya ikat tanah terhadap air sehingga dapat menyimpan air tanah lebih lama. Penggunaan kompos bermanfaat untuk menjaga kesehatan akar serta membuat akar tanaman mudah tumbuh.”