BURUNDI – Nama Gustave telah lama menjadi momok bagi masyarakat di sekitar Danau Tanganyika di Afrika. Alasannya, ia dikabarkan telah menghilangkan 300 nyawa manusia.
Gustave bukanlah serial killer atau semacamnya, namun yang pasti ia adalah penjahat yang sulit dikalahkan. Ia adalah buaya nil yang sangat besar, yang dikatakan “lebih pintar dari yang dikira”.
Ungkapan tersebut muncul dari tim pimpinan Herpetologis Patrice Faye yang pada tahun 2004 berupaya untuk menangkap reptil itu.
Mereka berniat memindahkannya ke daerah lain demi keselamatan penduduk di dekat Danau Tanganyika.
Setelah cara-cara sebelumnya tak kunjung berhasil, mereka akhirnya memasang perangkap berpegas dengan seekor kambing di dalamnya.
Sayangnya, dalam beberapa malam, mereka hanya melihat buaya-buaya yang mungkin adalah Gustave. Mereka pun berpikir bahwa “Gustave lebih pintar dari yang dikira”.
Kemudian, pada malam terakhir bagi kru, kamera night vision mati saat hujan deras. Keesokan harinya, mereka hanya menemukan perangkap yang terbalik di dalam air, dengan kambing yang raib dan masih tanpa Gustave.
Pada tahun itu, ia diperkirakan telah berusia 60 tahun, jauh lebih tua dari usia rata-rata buaya yang hanya mencapai 45 tahun.
Dilansir dari akun Instagram @unilad, buaya ini diperkirakan adalah yang terbesar di Afrika. Tubuhnya memiliki setidaknya tiga luka tembakan yang berasal dari para pemburu yang berusaha membunuhnya.
IFL Science menuliskan bahwa panjang tubuh Gustave mencapai sekitar 6 meter (20 kaki), sementara bobotnya mencapai 907 kilogram.
Dengan ukuran sebesar itu, tentu mudah baginya untuk memangsa apa pun yang diinginkannya, termasuk hewan-hewan besar dan manusia.
Kepada BBC, Faye mengungkap bahwa hewan itu bisa memakan 10 hingga 20 manusia.
Seorang warga setempat juga mengatakan bahwa ia pernah menyaksikan buaya itu menyeret kerbau banteng dewasa seberat hampir 1.000 kilogram ke dalam sungai pada tahun 2015.
“Satu tahun, saya mengikuti jalan yang dia ambil dalam salah satu aksinya dan 17 orang telah dimakan antara Kanyosha dan Minago, dan Kabezi dan Magara,” tutur Faye.
Meskipun begitu, hal itu tidak menjelaskan mengapa Gustave dapat sangat cerdas dan lihai dalam melarikan diri.
Sementara itu, ukuran tubuhnya yang kelewat besar diduga menjadi alasan mengapa peluru tentara tak kunjung bisa menumbangkannya.
Gustave diperkirakan masih hidup hingga kini, dengan penduduk di sekitar Danau Tanganyika yang masih memiliki ketakutan terhadapnya.