24.9 C
Indonesia

I Made Andi Arsana Bantu Anak Flores Untuk Tetap Berkuliah

Must read

YOGYAKARTA – Bagi sebagian orang, pendidikan bukanlah barang yang murah. Harga dari pendidikan itu juga terkadang bukan hanya tentang biaya bulanan yang disetorkan ke institusi penyelenggara pendidikan.

Di samping itu, mengekor biaya peralatan pendidikan, biaya kegiatan pelengkap pendidikan, biaya transportasi, bahkan hingga biaya hidup.

Maka jangan heran ketika melihat atau mendengar seseorang memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi bahkan ketika telah menerima bantuan berupa beasiswa.

Baca Juga:

Pasalnya, beberapa beasiswa pada umumnya hanya menjamin biaya inti pendidikan berupa angsuran rutin ke institusi.

Oleh sebab itu, calon peserta pendidikan masih harus memutar otak untuk mendapatkan biaya hidup yang tidak dijamin ini–yang mungkin tidak sedikit.

I Made Andi Arsana, seorang pendidik dari Universitas Gadjah Mada, enggan untuk membiarkan hal ini terus terjadi.

Ia mengajak beberapa temannya dan netizen di media sosial untuk sama-sama membantu seorang calon mahasiswa dari Flores agar bisa terus melanjutkan mimpinya berkuliah di salah satu universitas di daerah Yogyakarta.

Tidak butuh waktu lama, upaya tersebut berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp30 juta yang akan diserahkan ke Nanda–sang calon mahasiswa–secara berangsur-angsur.

Berdasarkan keterangan yang ia bagikan di akun Instagramnya, @madeandi, Rp5 juta pertama telah diberikan terlebih dahulu untuk biaya perjalanan Nanda dan ibunya dari Flores ke Yogyakarta serta biaya hidupnya selama tiga bulan pertama di kota pelajar tersebut.

Sisanya, akan ia berikan setiap bulan sebesar Rp1 juta selama 25 bulan ke depan guna melatih kemandirian Nanda.

“Dukungan yang luar biasa dari para sahabat ini membuat saya semakin percaya pada niat baik dan kebaikan,” tulis Andi.

“Di tengah situasi negeri yang hiruk pikuk dengan banyak hal yang meresahkan, rakyat tetap bekerja dan berbuat baik dalam kesenyapan,” lanjutnya.

Andi kemudian bercerita bahwa Nanda dan ibunya menempuh perjalanan yang sangat lama dari Flores ke Yogya.

Dari rumahnya di Ruteng, keduanya harus menempuh perjalanan darat sekitar 4–5 jam menuju Labuan Bajo.

Dari sana, mereka berlayar dengan kapal menuju Benoa, Bali, selama 36 jam.

Dari Bali, perjalanan dilanjutkan dengan bus selama semalaman menuju Muntilan, Jawa Tengah.

Dari Muntilan, keduanya menaiki motor pinjaman untuk dapat menemui Andi secara langsung di lingkungan UGM.

“Perjalanan mereka adalah tentang usaha, tentang kejatuhan, tentang kegagalan, tentang penipuan, tentang kelengahan, tentang prahara keluarga yang tak berkesudahan, tentang ekonomi dan tentang orang-orang baik yang bersedia menolong tanpa bertanya.,” papar Andi.

Menurutnya, kita sebagai manusia mengalami semua ini dalam skala yang berbeda. Lalu, hasil akhirnya akan ditentukan dari bagaimana kita menghadapinya.

Dari pertemuan tersebut, Andi mengatakan bahwa Nanda nampak jelas merasa senang dan, utamanya, berterima kasih.

Nanda, lanjut Andi, adalah seorang anak muda yang baik, sadar akan posisinya, dan gigih dalam berjuang.

Andi mengungkap bahwa hal ini adalah upayanya “membayar ‘utang’ ke masa depan”.

Dalam unggahan yang sama, ia bercerita bahwa dahulu ia juga pernah mendapatkan bantuan serupa.

Ia yang dahulu juga merupakan anak rantauan dari Pulau Dewata, Bali, mendapatkan bantuan dari seorang dosen UGM.

“Beliau tidak kenal saya. Beliau hanya tahu ada anak muda dari Bali yang mau masuk UGM.,” tuturnya.

Diakui oleh Andi, ia tidak bisa membalas kebaikan dosen tersebut. Maka ia teruskan kebaikannya kepada Nanda, yang diharapkan juga bisa meneruskannya kembali kelak.

“Kita semua punya utang yang tidak bisa kita bayar. Mari kita membayar ke masa depan.,” pungkasnya.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru