20.4 C
Indonesia

Ilmuwan Ungkap Misteri Evolusi Dari Makhluk Berusia 500 Juta Tahun Yang Hidup Tanpa Anus

Must read

INGGRIS – Para ilmuwan mengatakan bahwa mereka telah memecahkan misteri evolusi yang melibatkan makhluk mikroskopis berduri berusia 500 juta tahun. Makhluk tersebut diketahui memiliki mulut namun tidak memiliki anus.

Ketika ditemukan pada tahun 2017, dilaporkan bahwa fosil kecil hewan laut yang mirip karung ini mungkin merupakan nenek moyang manusia yang paling awal diketahui.

Hewan purba yang dinamakan Saccorhytus coronarius itu kemudian digolongkan ke dalam kelompok yang disebut deuterostom untuk sementara.

Baca Juga:

Ini adalah nenek moyang primitif dari vertebrata–termasuk manusia.

Kini, sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa Saccorhytus harus dimasukkan ke dalam kelompok hewan yang sama sekali berbeda.

Dari hasil analisis sinar-X yang sangat mendetail yang dilakukan oleh sebuah tim peneliti di China dan Inggris, diketahui bahwa makhluk itu termasuk ke dalam kelompok yang disebut ecdysozoans–nenek moyang laba-laba dan serangga.

Akan tetapi, kebingungan mengenai tidak adanya anus pada hewan tersebut tidak juga hilang.

“Agak membingungkan–[kebanyakan] ecdysozoans memiliki anus, jadi mengapa yang ini tidak?” ujar Emily Carlislie, seorang peneliti yang mempelajari Saccorhytus secara mendetail kepada Inside Science dari BBC Radio 4.

Salah satu “opsi yang menarik”, katanya, adalah bahwa nenek moyang yang lebih awal dari seluruh kelompok ini tidak memiliki anus, dan Saccorhytus berevolusi setelah itu.

“Bisa jadi ia kehilangannya selama evolusinya sendiri–mungkin ia tidak membutuhkannya karena ia hanya bisa duduk di satu tempat dengan satu celah untuk semuanya,” paparnya.

Adapun alasan utama untuk “reposisi” Saccorhytus pada pohon kehidupan Kambrium adalah bahwa, pada pemeriksaan awal, lubang yang mengelilingi mulutnya ditafsirkan sebagai pori-pori untuk insang–fitur primitif deuterostom.

Ketika para ilmuwan melihat lebih detail, menggunakan sinar-X yang kuat untuk memeriksa makhluk berukuran 1 mm itu dari dekat, mereka menyadari bahwa ini sebenarnya adalah pangkal duri yang patah.

Para ilmuwan yang mempelajari fosil-fosil ini mencoba menempatkan setiap hewan di pohon kehidupan, seperti pohon keluarga, memungkinkan mereka membangun gambaran untuk memahami dari mana mereka berasal dan bagaimana mereka berevolusi.

“Saccorhytus akan hidup di lautan–di sedimen dengan duri menahannya di tempatnya,” jelas Carlisle, yang berbasis di University of Bristol.

“Itu, menurut kami, hanya duduk di sana–di lingkungan yang sangat aneh dengan banyak hewan yang akan terlihat seperti beberapa makhluk hidup hari ini, tetapi banyak yang tampak benar-benar asing,” sambungnya.

Batuan yang mengandung fosil Kambrium itu pun masih dipelajari.

“Ada begitu banyak yang masih bisa kita pelajari tentang lingkungannya,” tambah Carlisle.

“Semakin saya mempelajari paleontologi, semakin saya menyadari betapa banyak yang hilang. Dalam hal makhluk ini dan dunia tempat tinggalnya, kami benar-benar hanya meraba permukaan,” sambungnya.

 

Sumber: BBC

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru