19.9 C
Indonesia

Mengapa Pelaksanaan Idul Adha di Indonesia Berbeda?

Must read

JAKARTA – Perayaan Idul Adha 1443 Hijriah, tahun ini, menghadapi perbedaan di Indonesia.

Pemerintah menetapkan hari raya ini jatuh pada hari Minggu (10/7), sedangkan Muhammadiyah menetapkannya jatuh sehari lebih awal, yaitu pada hari Sabtu (9/7).

Mengapa bisa begitu?

Baca Juga:

Perbedaan ini bermula dari penentuan masuknya bulan Dzulhijjah pada akhir bulan lalu.

Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan bahwa hari Jumat (1/7) pekan lalu bertepatan dengan 1 Dzulhijjah 1443 H, sehingga Idul Adha jatuh pada Minggu (10/7) pekan ini.

Di sisi lain, Muhammadiyah menetapkan 1 Dzulhijjah 1443 H jatuh pada Kamis (30/6) pekan lalu, sehingga mereka merayakan Idul Adha pada esok hari, Sabtu (9/7).

Dilansir dari Kompas, perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan kriteria yang menentukan masuknya bulan Dzulhijjah yang digunakan oleh kedua pihak.

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa Muhammadiyah menggunakan kriteria wujudul hilal.

Sedangkan Kemenag dan sejumlah ormas Islam lainnya menggunakan kriteria baru MABIMS.

“Kriteria wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah mendasarkan pada kondisi bulan lebih lambat terbenamnya daripada matahari,” jelas Thomas.

Sementara itu, kriteria baru MABIMS didasarkan pada batasan minimal terlihatnya hilal (imkan rukyat atau visibilitas hilal).

Kriteria tersebut menyatakan bahwa hilal terhitung sudah terlihat jika memiliki jarak sudut bulan dan matahari minimum 6,4 derajat.

Kriteria lainnya dalam MABIMS adalah gangguan fisis cahaya senja yang dinyatakan dengan parameter ketinggian minimum 3 derajat.

Thomas mengatakan bahwa pada petang pada Rabu pekan lalu, posisi bulan yang terlihat di Indonesia sudah berada di atas ufuk.

“Artinya, kriteria wujudul hilal telah terpenuhi,” tuturnya, menambahkan bahwa isi maklumat Muhammadiyah telah sesuai dengan kriterianya.

Sementara itu, dalam Sidang Isbat yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah pada hari yang sama, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid mengatakan bahwa pihaknya menggunakan dua metode.

Kedua metode tersebut adalah metode hisab atau perhitungan dan metode ruqyah atau melihat bulan secara langsung.

“Dari 86 titik tidak ada satupun yang melihat hilal. Oleh karenanya, berdasarkan hisab, posisi hilal seluruh Indonesia sudah diatas ufuk, akan tetapi belum memenuhi kriteria,” papar Zainut.

Kondisi tersebut pun mengantarkan Kementerian Agama untuk menyepakati bahwa 1 Dzulhijjah 1443 H baru jatuh pada 1 Juli 2022.

Jangan diperdebatkan

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Abdullah Jaidi mengatakan bahwa perbedaan waktu Idul Adha adalah hal biasa.

Ia mengimbau agar perbedaan ini tidak dijadikan alat untuk memecah belah, melainkan untuk saling menghormati.

“Janganlah perbedaan itu sampai menjadikan kita perpecahan, tidak saling menghormati,” kata Jaidi.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru