20.3 C
Indonesia

Catatan Redaksi: Memaafkan Seperti Jaya Suprana

Disebut provokator, tapi Jaya Suprana justru siapkan platform talk show bernuansa rohani untuk menunjukkan sisi lain dari Ahok

Must read

JAKARTA – Berjiwa besar, mungkin itu kata-kata paling tepat yang bisa diungkapkan untuk seorang Jaya Suprana, pebisnis dan juga budayawan yang pernah bertikai dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Gubernur DKI Jakarta periode 2014-2017 lalu.

Salah satu peristiwa yang akan diingat oleh sejarah adalah teriakan minta tolong warga Bukit Duri Dan Kampung Pulo atas nasib rumah tinggal mereka yang akan digusur oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kita mundur ke sebuah peristiwa di tahun 2015, tepatnya pada hari Kamis, 20 Agustus 2022.

Baca Juga:

Saat itu, Jaya Suprana langsung hadir dan mencoba menghentikan eskavator atau alat berat yang hendak menghancurkan rumah-rumah warga yang berada di kawasan Kampung Pulo, Jakarta Timur.

Namun aksi ini dicegah oleh Walikota Jakarta Timur Bambang Musyawardana dan Wakil Walikota Jakarta Timur Husein kala itu.

Kebijakan penggusuran warga Kampung Pulo yang dilakukan pada era Ahok berkuasa sebagai gubernur di DKI Jakarta ditentang keras oleh Jaya Suprana.

Karikatur berjudul Jaya Suprana dan Einstein karya Bambang Irawan alias Ibenk (Foto: roikansoekartun.com/ THE EDITOR)

Banyak peristiwa pedih yang terjadi selama proses penggusuran ini.

Jaya Suprana muncul sebagai pembela yang meminta agar proses penggusuran berlangsung menjunjung tinggi musyawarah mufakat. 

Tapi, pembelaan ini justru tak digubris oleh Ahok. Dan teriakan Jaya Suprana hilang dalam deru mesin-mesin eskavator yang terus bergerak masuk ke dalam rumah-rumah warga.

Dalam catatan redaksi, tanggal 22 Agustus 2015, tepatnya Sabtu sore, pendataan atas warga yang akan pindah ke dalam Rusun Jatinegara masih belum selesai, sementara kericuhan sudah terjadi sejak siang yang disertai aksi warga membakar alat berat milik Pemprov DKI.

Sekedar informasi, program normalisasi Kali Ciliwung besutan Ahok salah satunya menyasar kawasan-kawasan pinggiran sungai yang ditempati oleh warga selama puluhan tahun.

Warga Kampung Pulo yang masuk daftar gusur rencananya akan dipindahkan ke kawasan Jatinegara, tak jauh letaknya dari rumah asal mereka sebenarnya.

Selain itu, warga yang patuh dan mau tinggal di rusun juga tidak siap saat itu. Tanggal 29 Agustus 2015 redaksi mencatat berbagai macam peristiwa memilukan yang terjadi setelah warga Kampung Pulo pindah ke rusun.

Diantaranya saat lorong-lorong sempit rusun dijadikan sebagai tempat menjual gorengan dan mie rebus oleh para penghuni yang sebelumnya tinggal di Kampung Pulo.

Tak hanya itu, saat ditempati perdana oleh masyarakat, jendela-jendela rusun 16 lantai rusun ternyata belum dipasangi teralis. Jadi sangat berbahaya bila ditempati.

Kemudian lift yang semestinya dipakai oleh penghuni untuk naik dan turun dari rusun justru dipakai sebagai mainan oleh anak-anak penghuni rusun.

Anak-anak Kampung Pulo saat itu belum di edukasi tentang cara tinggal di gedung tinggi. Mereka biasanya hanya bermain di antara lorong dan gang rumah tetangga yang berdiri di atas tanah. Setelah pindah ke rusun seperti seolah menemukan wahana baru untuk bermain, yaitu lift.

Dengan kata lain, pendidikan tata cara hidup di bangunan tinggi belum dilakukan sama sekali oleh pemerintah kepada warga yang terbiasa hidup di rumah bergaya ‘landed house’.

Keteraturan yang harus dipatuhi saat tinggal di rumah bergaya modern ini juga belum diperkenalkan. Sangat ceroboh!

Berjiwa Besar

Surat terbuka Jaya Suprana yang dimuat oleh Koran Sinar Harapan berhasil memancing kemarahan Ahok.

Dalam catatan redaksi diketahui bila Ahok mengaku tidak senang dengan sindirian Jaya Suprana itu, dan bahkan Ahok menyebutnya sebagai provokator.

Warga negara kelas dua adalah sebutan lain Ahok untuk Jaya Suprana atas surat suratnya tersebut. Permintaan untuk berkata-kata santun dari Jaya Suprana hanya dianggap angin lalu olehnya.

“Dia merasa masih kayak otak warga negara kelas dua, dia melatih merasis diri,” tuturnya kepada wartawan, Senin (30/3)

“Kalau ada risiko saya sendiri dan keluarga yang menanggung kok. Ngapain Anda (Jaya Suprana) repot-repot? Dia itu otaknya status quo. Saya tidak pernah merasa minoritas. Memangnya saya mau lahir kayak gini? Kalau boleh milih hidup, saya akan pilih jadi anak Pangeran Charles saja,” tuturnya diiringi gelak tawa wartawan sebagaimana dimuat oleh media online Okezone pada 30 Maret 2015 lalu.

Dan kini, Jaya Suprana membungkus semua catatan-catatan pertikaian panas dalam sebuah wawancara sederhana namun bermakna.

7 Oktober 2021, Jaya Suprana menunjukkan diri dengan cara yang berbeda lewat talk show sederhana yang diunggah lewat akun media sosial youtube.

Jaya Suprana Show menjadikan Ahok sebagai narasumber utama dengan tema “Ajaran Jesus Sebagai Pedoman Hidup”.

Wajah serius Jaya Suprana saat mendengarkan penjelasan dari Ahok dalam acara Jaya Suprana Show (Foto: Youtube/ THE EDITOR)

Dan, disepanjang acara, Jaya Suprana secara konsisten menunjukkan sikapnya yang mengutamakan kesantunan dalam berbicara. 

Jaya Suprana memang sangat ahli mengajukan berbagai pertanyaan-pertanyaan cerdik kepada narasumbernya.

Dan kepada Ahok, lewat talk show ini, Jaya Suprana meramu pertanyaan netijen tentang relevansi kecintaan Ahok pada Yesus dengan gaya bicaranya yang kasar.

Pertanyaan ini tidak sembarangan karena Jaya Suprana dalam surat terbuka yang dipubilkasikan oleh Sinar Harapan edisi rabu, 25 Maret 2015 juga meminta hal serupa, yaitu kritik atas kata-kata dan kalimat yang tidak sopan dan tidak santun sebagai kepala daerah.

“Masih ingat Pak Ahok dulu pernah marah-marah kepada Ibu-ibu dan bicara (maaf) “kotoran/T@i di TV. Bagaimana relevansinya dengan ajaran Yesus menurut Bapak?” tanya Jaya Suprana yang membacakan pertanyaan dari Maria sebagaimana diambil dari tayangan tersebut.

Apa jawaban Ahok?

“Hanya emosi,” demikian jawaban Ahok secara singkat.

(Untuk membaca lebih jauh tentang berita ini langsung klik di Gaya Bicara Yang Kasar Apakah Relevan Dengan Ajaran Yesus? Begini Jawaban Ahok Dalam Jaya Suprana Show).

“Pertama kita bicara orang berhikmat, kita emosi. Kedua, banyak orang kristen itu sebenarnya hanya bisa mengkritik orang tapi dia tidak mengerti firman Tuhan,” kata Ahok menjawab pertanyaan tersebut.

Tak berhenti disitu, Ahok mengkaitkan cara bicaranya yang menggunakan kata ‘bajingan’ dengan salah satu kitab di Perjanjian Lama, yakni Bilangan.

Ahok menjelaskan bahwa dalam kitab Bilangan tersebut Allah menyebut bangsa Israel dengan Bajingan karena rakus dan ingin makan daging.

(Ingin tahu jawaban Ahok lebih lanjut? langsung klik di Jaya Suprana Show- Ir. Basuki Tjahaja Purnama – Ajaran Jesus Sebagai Pedoman Hidup).
spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru