20.4 C
Indonesia

Keluarga Kehilangan Pendapatan, Anak-Anak di Afghanistan Ikut Bekerja

Must read

AFGHANISTAN – Sebuah studi yang diterbitkan oleh Save the Children menunjukkan bahwa ada sekitar satu juta anak di Afghanistan yang saat ini harus ikut bekerja guna membantu pendapatan keluarga yang anjlok dalam enam bulan terakhir.

Survei terhadap 1.400 rumah tangga di tujuh provinsi Afghanistan menemukan bahwa 82 persen warga negara itu telah kehilangan pendapatan sejak runtuhnya pemerintahan yang didukung oleh Barat dan transisi kekuasaan ke Taliban Agustus lalu.

Penelitian yang dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berbasis di Inggris itu dirilis pada Senin (14/2).

Baca Juga:

Dari laporannya, diketahui 18 persen dari keluarga yang disurvei melaporkan bahwa mereka tidak punya pilihan lagi selain mengirim anak-anak mereka untuk bekerja.

“Menurut analisis Save the Children, jika hanya satu anak di setiap keluarga yang dikirim untuk bekerja, maka lebih dari satu juta anak di negara ini terlibat dalam pekerja anak,” kata laporan itu.

Afghanistan, seperti yang terus menerus diulang oleh banyak LSM kemanusiaan dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, tengah berada dalam cengkeraman bencana kemanusiaan.

Situasi tersebut tercipta karena bantuan internasional yang membeku dan kurangnya akses ke aset yang disimpan di luar negeri setelah Taliban mengambil alih pemerintahan.

Pekerjaan dan likuiditas di negara tersebut telah mengering dan banyak pegawai pemerintah belum dibayar selama berbulan-bulan, yang hampir seluruhnya bergantung pada sumbangan asing di bawah pemerintahan sebelumnya.

 

Kehilangan pendapatan yang sangat besar
Lebih dari 80 persen dari mereka yang disurvei oleh Save the Children melaporkan kehilangan pendapatan.

Situasi diperparah dengan fakta bahwa sedikit lebih dari sepertiganya kehilangan semua pendapatan rumah tangga mereka.

Hampir sepertiga mengatakan mereka menerima kurang dari setengah dari apa yang mereka peroleh sebelum Taliban berkuasa.

Menurut penelitian tersebut, lonjakan harga yang besar yang disebabkan oleh krisis ekonomi telah membuat banyak keluarga tidak mampu membeli makanan.

Sekitar 36 persen keluarga bahkan melaporkan bahwa mereka membeli makanan di pasar secara kredit.

Hampir delapan persen mengatakan mereka mengemis atau mengandalkan amal untuk memberi makan keluarga mereka.

Chris Nyamandi, direktur Save the Children di Afghanistan, mengatakan bahwa ia sebelumnya tidak pernah melihat situasi putus asa seperti saat ini di negara itu.

“Kami merawat anak-anak yang sakit parah setiap hari yang belum makan apapun kecuali roti selama berbulan-bulan,” katanya.

“Tidak ada kekurangan makanan di sini–pasar penuh. Padahal anak-anak mati kelaparan karena orang tuanya tidak mampu membiayai makan,” kata Nyamandi juga.

“Pemerintah harus menemukan cara untuk membuka dana vital dan mencairkan aset keuangan untuk mencegah krisis semakin meningkat,” tambahnya.

 

Sumber: Al Jazeera

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru