20.4 C
Indonesia

Pakistan Lantik Hakim Mahkamah Agung Perempuan Pertama

Must read

PAKISTAN – Untuk pertama kalinya, Pakistan melantik seorang hakim perempuan untuk Mahkamah Agung mereka.

Ayesha Malik, yang dilantik di Islamabad, kini duduk bersama 16 rekan pria lainnya di pengadilan tinggi di negara yang mayoritas Muslim itu.

Sejumlah pengacara dan aktivis menilai ini adalah kemenangan yang langka.

Baca Juga:

Perjuangan puluhan tahun untuk mendapatkan perwakilan perempuan dalam masyarakat Pakistan yang didominasi laki-laki kini mulai membuahkan hasil.

Tapi sebagian pengacara yang lain beserta beberapa hakim menentang penunjukan Hakim Malik. Wanita berusia 55 tahun itu dianggap kurang senior dibandingkan kandidat lainnya.

Seperti diketahui, peradilan Pakistan selama ini bersifat konservatif dan didominasi laki-laki.

Menurut data Human Rights Watch, Pakistan adalah satu-satunya negara di Asia Selatan yang tidak pernah memiliki hakim Mahkamah Agung perempuan.

Selain itu, jumlah hakim pengadilan tinggi Pakistan yang perempuan hanya berkisar di angka 4%.

Hakim Malik adalah lulusan Sekolah Tinggi Hukum Pakistan dan Universitas Harvard.

Ia menjabat sebagai hakim pengadilan tinggi di kota Lahore di Pakistan timur selama dua dekade terakhir. Perannya dalam menentang adat-istiadat hukum patriarki di provinsi tersebut terbilang penting.

Tahun lalu, dia melarang penggunaan apa yang disebut “tes keperawanan” selama pemeriksaan pemerkosaan terhadap korban kekerasan seksual.

Pengacara dan aktivis memuji pengangkatan Hakim Malik sebagai penunjukan bersejarah.

“Ini adalah langkah maju yang besar,” kata aktivis hak asasi dan pengacara Nighat Dad kepada kantor berita AFP.

“Ini adalah sejarah dalam pembuatan peradilan Pakistan.”

Yang lain mengatakan masih banyak yang harus dilakukan.

Dikutip dari The New York Times, pengacara yang berbasis di Islamabad Zarmeeneh Rahim mengatakan: “Jika perempuan terus dibelenggu oleh patriarki dan interpretasi regresif Islam, kami akan terus tidak maju dalam hal pengembangan sumber daya manusia yang diperlukan untuk berhasil secara nasional dan global.”

Tapi dia menambahkan, “Akhirnya melihat seorang wanita duduk di pengadilan tertinggi di negeri itu adalah langkah kecil ke depan dalam perjuangan itu.”

Pengangkatan Hakim Malik dikritik oleh beberapa orang. Tahun lalu, pengangkatannya ke posisi yang sama juga ditolak.

Pengangkatannya ke Mahkamah Agung diperebutkan sekali lagi kali ini. Komisi berisikan sembilan anggota meloloskan pengangkatannya, dengan lima suara berbanding empat.

Pada bulan-bulan menjelang pemungutan suara tahun ini, banyak pengacara dan hakim menuduh Hakim Malik melompati antrian calon hakim laki-laki yang lebih senior, yang dianggap lebih memenuhi syarat untuk jabatan itu.

Beberapa pengacara bahkan mengancam akan mogok kerja jika ia benar diangkat.

Hakim Malik sendiri adalah hakim paling senior keempat di pengadilan yang lebih rendah dari tempatnya bekerja sekarang.

 

Sumber: BBC

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru