24.3 C
Indonesia

Dari Pedalaman Gunung Pinatubo, Norman King Mengharumkan Suku Aeta

Must read

FILIPINA – Pada 2017 lalu, sebuah kisah inspiratif tercipta di sebuah acara kelulusan di Universitas Filipina (UP). Dalam acara itu, seorang laki-laki berkulit gelap, mengenakan pakaian khas sukunya yang disebut bahag, ikut menaiki panggung dan menerima gelar sarjananya.

Laki-laki itu adalah Norman King, orang pertama dari suku pedalaman Aeta Filipina yang dapat lulus dari UP. Kisahnya berawal dari tahun-tahun sebelumnya.

Norman lahir pada tahun 1988, hanya beberapa tahun sebelum erupsi mematikan Gunung Pinatubo yang menewaskan sebagian komunitasnya dan mengharuskan sebagian yang lain dievakuasi.

Baca Juga:

Sebagai bagian dari komunitas, Norman menyadari bahwa ada sesuatu yang kurang dalam kehidupan mereka. Sesuatu tersebut adalah pendidikan.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di tingkat SMA, Norman dikirim oleh Roman, ayahnya, untuk bekerja dengan temannya di Manila. Di sana, ia belajar untuk menjadi ahli teknik komputer sekaligus bekerja sebagai kurir.

Di sisi lain, Roman diketahui kerap memperjuangkan hak-hak Aeta di depan publik. Ia kerap membicarakan upaya penanganan bencana yang dapat mengintai sukunya yang memilih untuk menetap di kaki Gunung Pinatubo.

Dalam salah satu agendanya, Roman bertemu dengan seseorang yang menawarkan bantuan. Tawaran tersebut Roman arahkan kepada Norman agar anaknya tersebut dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Norman memenuhi mimpi sang ayah. Ia mengambil program Behavioural Sciences dan lulus lima tahun kemudian dengan status cumlaude.

Selama berkuliah, Norman kerap berhadapan dengan berbagai kesulitan. Diskriminasi, pandangan yang merendahkan, dan lainnya seperti saat bersekolah dulu. Akan tetapi, itu semua tidak menyurutkan niatnya untuk selalu melakukan yang terbaik dan membuktikan bahwa ia berhak mendapat perlakuan yang sama seperti yang lainnya.

“Cara berpikir saya semudah jika sudah dimulai, saya selesaikan. Tanpa memperhatikan semiskin apa, ataupun ujian apa yang Anda berikan kepada saya,” kata Norman dalam sebuah wawancara.

Norman tidak pernah melupakan jati dirinya, orang Aeta yang tinggal di dalam hutan yang terisolasi di kaki Gunung Pinatubo. Ia selalu menekankan bahwa pendidikan tingginya bukan hanya untuk mendapatkan gelar, memperoleh pekerjaan bagus, dan memiliki hidup yang bagus. Ia melakukan ini semua untuk suku Aeta.

Setelah lulus, King menerima berbagai tawaran pekerjaan. Mulai dari posisi senat di pemerintahan Pampanga, hingga menjadi bagian sebuah perusahaan konsultan internasional.

Akan tetapi, Norman bertekad untuk melayani sukunya terlebih dahulu. Dengan berbagai ilmu yang telah dipelajarinya semasa kuliah, ia yakin dapat membuat kehidupan orang-orang Aeta menjadi lebih baik.

“Sangat penting untuk saya melayani orang-orang saya [Aeta] terlebih dahulu. Itu adalah prioritas utama saya,” katanya.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru