20.6 C
Indonesia

WHO Serukan Peringatan Cepatnya Penyebaran Omicron

Must read

AFRIKA SELATAN – WHO menyatakan bahwa varian terbaru dari virus Covid-19, Omicron, menyebar lebih cepat dari varian Delta dan telah menyebabkan infeksi bahkan pada orang-orang yang telah divaksin atau sudah sembuh dari virus ini.

Kepala ilmuwan WHO, Soumya Swaminathan, pada Senin (20/12) mengatakan bahwa sangat tidak bijak menilai varian ini lebih lunak dari yang sebelumnya dengan hanya mengandalkan bukti-bukti yang terkumpul sedini ini.

Ia menekankan bahwa dengan angka kasus yang terus bertambah, maka semua sistem kesehatan akan berada di bawah tekanan.

Baca Juga:

Swaminathan memperingatkan bahwa Afrika Selatan dan negara-negara lain yang melaporkan tingkat perawatan Omicron lebih rendah telah diserang oleh gelombang yang lebih awal, sehingga banyak kasus yang mungkin akan kembali terinfeksi.

“Varian ini mungkin berperilaku berbeda pada orang-orang dengan imunitas sebelumnya.”

Varian ini berhasil menghindari beberapa respons imun, ia menambahkan. Hal ini berarti program (vaksin) pemacu yang telah diselenggarakan di banyak negara sebaiknya ditargetkan kepada orang-orang yang memiliki sistem imun yang lebih lemah.

“Bukti yang konsisten sekarang adalah Omicron menyebar lebih cepat dan signifikan dibanding varian Delta,” ucap Direktur Umum WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus seperti dirilis dari Al Jazeera.

“Dan tampaknya orang-orang yang telah divaksin atau telah sembuh dari Covid-19 dapat terinfeksi atau terinfeksi kembali.”

Komentar keduanya membicarakan penemuan dari studi yang dilakukan oleh Imperial College London, yang pada minggu lalu menyatakan bahwa risiko terinfeksi varian ini adalah lima kali lebih tinggi. Selain itu, varian ini juga tidak menunjukkan adanya tanda-tanda bahwa ia lebih lunak dari Delta.

Akan tetapi, setelah pertahanan anti bodi dari beberapa tindakan telah rusak, sel T sebagai pilar kedua dari sistem imun diharapkan dapat mencegah kerusakan lanjutan yang lebih buruk dengan cara menyerang sel-sel yang telah terinfeksi.

Seorang ahli WHO, Abdi Mahamud, menambahkan, “Meskipun kami melihat adanya pengurangan antibodi yang menetralisir, hampir semua analisis terdahulu menunjukkan imunitas yang diperantarai sel T tetap utuh. Hal itu yang sangat kita butuhkan.”

Meskipun demikian, dengan menggaris bawahi fakta bahwa sangat sedikitnya hal yang diketahui dalam rangka mengontrol varian yang baru terdeteksi bulan lalu ini, Swamintahan kembali angkat suara,

“Tentunya akan ada tantangan, banyak monoklonal yang tidak akan bekerja pada Omicron.”

Ia tidak memberikan rincian saat membicarakan perawatan yang meniru antibodi natural dalam melawan infeksi. Beberapa pembuat obat telah menyarankan hal yang sama.

Menyelesaikan Pandemi

Tedros mengatakan bahwa dalam jangka pendek, keramaian liburan di banyak tempat akan berujung pada kasus yang bertambah, sistem kesehatan yang kewalahan, dan lebih banyak kematian. Ia mengimbau masyarakat untuk menunda acara kumpul-kumpul.

“Acara yang tertunda lebih baik daripada hidup yang tertunda,” ungkapnya.

Di sisi lain, tim WHO juga memberikan harapan bahwa 2022 akan menjadi masa ketika pandemi yang telah membunuh lebih dari 5,6 juta jiwa ini berakhir.

Hal ini menekankan kepada perkembangan vaksin generasi kedua dan ketiga, dan perkembangan lanjutan dalam bidang perawatan anti mikroba dan inovasi lainnya.

“Kami berharap dapat menyerahkan penyakit ini ke level penyakit yang lebih lunak, yang lebih mudah dicegah juga lebih mudah diatasi,” ucap Mike Ryan, seorang ahli darurat WHO.

“Jika kita bisa mengatur transmisi virus ke tingkat minimum, maka kita bisa mengakhiri pandemi.”

Di tengah perhatian terhadap Omicron, banyak pemerintah yang berlomba-lomba untuk dapat mengeluarkan vaksin booster (pemacu) ke masyarakatnya dengan mempertimbangkan data awal bahwa dosis ketiga dapat meningkatkan perlindungan terhadap varian ini.

Tapi WHO telah beberapa kali menyuarakan bahwa program pemicu semacam itu malah akan semakin memperjelas perbedaan akses vaksinasi antara negara yang kaya dan negara yang miskin.

Banyak orang-orang yang rentan terkena virus ini bahkan masih menunggu dosis pertama vaksin mereka. Instansi kesehatan UN menyatakan langkah yang lebih baik adalah memprioritaskan mereka dibanding menyediakan vaksin pemacu secara berlebihan kepada orang-orang yang telah divaksin.

“Jika kita mau mengakhiri pandemi, kita harus akhiri ketidakadilan,” ujar Tedros.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru