PRANCIS – Tiga orang anak kecil dan perempuan hamil menjadi korban dalam kecelakaan di Selat Inggris (Channel) yang menewaskan 27 Imigran asal Iran dan Iran pada Rabu (24/11).
Imigran Kurdi ini tenggelam saat coba menyebrangi selat dengan perahu karet. Diketahui bila dua laki-laki selamat dalam kejadian tersebut. Mereka adalah warga Somalia dan warga Irak. Keduanya tegah dirawat karena kelelahan dan hipotermia di rumah sakit Calais.
Empat pria diduga terduga dalam insiden ini. Mereka dituding membantu para imigran agar bisa menyeberang lewat selat Inggris. Akibatnya, pada Rabu kemarin keempat oknum tersebut ditangkap, sementara tersangka kelima ditangkap pada Kamis pagi hari ini.
27 korban tersebut dibawa ke Pelabuhan Calais yang berada di Prancis bagian Utara dengan perahu dan helikopter sepanjang alam. Para relawan dan asosiasi bantuan Imigran ikut membantu dengan memasang papan informasi yang bertuliskan “Berapa Banyak Lagi?”.
Tujuannya adalah untuk memberikan peringatan pada masyarakat tentang jumlah korban yang meninggal akibat tindakan yang sama, menyeberangi selat. Dan peristiwa ini menjadi catatan terbesar dalam sejarah penyeberangan di Selat Inggris sejak tahun 2014.
Kantor kejaksaan di kota Lille, Perancis mengkonfirmasi bahwa korban tersebut terdiri dari 19 laki-laki dan 8 perempuan. Sementara korban yang selamat kini dalam keadaan membaik.
“Pemeriksaan sedang dilakukan pagi ini,” kata seorang juru bicara sebagaimana dirilis dari The Guardian pada Kamis (25/11).
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin mengatakan kepada radio RTL bahwa tersangka kelima ditangkap saat tengah mengendarai mobil dengan plat Jerman. Ia juga telah membeli sebuah perahu karet di Jerman. Dari penuturan tersangka tersebut diketahui saat ini terdapat 1.500 penyelundup yang ditangkap di Prancis sejak awal tahun 2021.
Darmanin mengatakan bahwa penyelundupan ini mirip seperti sebuah organisasi mafia di Belgia, Belanda, Jerman dan Inggris.
“Prancis dan Inggris harus bekerja sama. Kita tidak bisa lagi menjadi satu-satunya negara yang memerangi penyelundup ini,” kata Darmanin.
Darmanin menyindir sikap Inggris yang tidak menangani imigran gelap dengan baik. Ia mengungkapkan bila Prancis mengusir 20.000 imigran gelap setiap tahun, sementara Inggris hanya mengusir 6.000 imigran saja, angka ini empat kali lebih rendah dari pada Prancis. Tapi ada faktanya, Inggris mendapat sekitar setengah lebih banyak imigran gelap yang masuk ke negaranya ketimbang Prancis.
Media Prancis mengatakan perahu karet yang membawa sedikitnya 29 orang itu diyakini berangkat dari Loon-Plage dekat Dunkirk, Prancis dan kemungkinan besar mereka berkemah di bukit pasir dekat Grande-Synthe yang merupakan lokasi beberapa kamp migran di Prancis. Minggu lalu kamp migran yang menampung sekitar 1.500 orang di Grand-Synthe, Prancis dibongkar.
Saat kejadian dilaporkan angin laut tenang dan sepoi-sepoi. Namun dari salah satu informasi yang belum diketahui kebenarannya, kapal tersebut ditabrak oleh kapal kontainer di salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Kabar yang juga ditayangkan di surat kabar La Voix du Nord ini juga mengatakan penumpang terjebak di bawah kapal.
Alarm pertama tanda kecelakaan dibunyikan sekitar pukul 14.00 oleh kapal nelayan Prancis yang melihat mayat-mayat di perairan lepas pantai Calais, Prancis. Layanan penyelamatan laut Prancis tiba di lokasi segera setelahnya. Imigran yang masih hidup diselamatkan dari air yang suhunya diperkirakan mencapai 17 derajad Celcius.
“Kapal karet itu ditemukan sebagian besar telah kempes, tetapi masih mengambang,” kata Bernard Barron, kepala layanan sekoci Calais, kepada wartawan.
Kepala layanan sekoci Dunkirk, Alain Ledaguenel, mengatakan bencana itu dapat diprediksi.
“Kami tahu bahwa sarana yang tersedia untuk penyelamatan laut tidak memadai,” ungkapnya.
Istana kepresidenan Prancis, Istana Elysee melalui sebuah pernyataan yang dikeluarkan hari ini mengatakan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron telah memberi tahu Perdana Menteri Inggris Boris Johnson melalui telepon.
Dalam pembicaraannya, Emmanuel Macron meminta agar Inggris mau bekerja sama secara penuh dan berhenti membawa situasi kecelakaan tersebut lebih jauh dan dramatis untuk kepentingan politik mereka semata.
Presiden Prancis juga mendesak agar Inggris mau menyelesaikan persoalan tersebut dengan bermartabat dan menghormati kerja keras dan kerja sama dua negara. Dan menteri dalam negeri masing-masing negara telah diminta untuk membicarakan perihal kecelakaan ini malam ini juga.