JAKARTA – Pemerintah Israel resmi menutup operasi Al Jazeera setelah kabinet melakukan pemungutan suara terhadap nasib kantor berita itu di negaranya.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dalam unggahan di X bahwa pemerintahan yang dipimpinnya memutuskan untuk menutup “saluran hasutan” Al Jazeera.
Keputusan itu, yang disebutnya tercapai dengan suara bulat, datang beberapa pekan setelah Parlemen Israel mengesahkan undang-undang yang mengizinkan penutupan sementara lembaga penyiaran asing yang dianggap sebagai ancaman terhadap keamanan nasional selama perang berbulan-bulan di Gaza.
Al Jazeera sendiri adalah salah satu dari hanya sedikit outlet pemberitaan internasional yang masih bertahan di Gaza, memberitakan setiap peristiwa yang terjadi di daerah kantong tersebut, dan menuduh Israel melakukan pembantaian.
Israel telah lama memiliki hubungan yang sulit dengan Al Jazeera, menuduhnya bias terhadap Israel dan berkolaborasi dengan Hamas.
Jaringan yang berbasis di Qatar itu telah berulang kali menolak tuduhan tersebut.
Menteri Komunikasi Israel Shlomo Karhi menulis di X bahwa ia telah menandatangani perintah menentang Al Jazeera, yang akan berlaku secepatnya.
Karhi mengatakan ia memerintahkan penyitaan peralatan penyiaran Al Jazeera “yang digunakan untuk menyampaikan konten saluran tersebut”.
Itu termasuk peralatan pengeditan dan routing, kamera, mikrofon, server dan laptop, serta peralatan transmisi nirkabel dan beberapa telepon seluler.
Pada Minggu (5/5) malam, polisi menggerebek lokasi Al Jazeera di Yerusalem Timur yang diduduki, menyita satelit dan kabel, serta menghentikan siaran Al Jazeera.
Alih-alih siaran Al Jazeera, muncul pesan-pesan di sejumlah penyedia satelit, termasuk pesan-pesan dengan tulisan “Ya” dan “Hot”.
Pesan yang ditandai dengan “Ya” berbunyi, “Sesuai dengan keputusan pemerintah, siaran stasiun Al Jazeera telah dihentikan di Israel.”
Keputusan Israel telah memperparah perseteruan lama negara tersebut dengan Al Jazeera ke tingkat selanjutnya.
Hal ini juga mengancam akan meningkatkan ketegangan dengan Qatar selagi Doha memainkan peran penting dalam upaya mediasi untuk menghentikan perang di Gaza.