JAKARTA – Seorang asisten rumah tangga (ART) bernama Yuni Sri Rahayu mencuri perhatian belakangan ini. Alasannya, ia berani berpartisipasi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 sebagai calon legislatif.
Wanita yang akrab disapa Yuni SR ini berasal dari Partai Buruh. Di usianya yang ke-41 ini, ia mantap untuk maju ke pesta demokrasi sebagai caleg DPRD DKI Jakarta Dapil 7.
Keputusan Yuni untuk terjun ke dunia politik diketahui menuai berbagai reaksi dari banyak orang, terutama warga dunia maya yang membuat kisahnya viral baru-baru ini.
Tak sedikit dari mereka yang memberikan komentar kurang baik terhadap niatan Yuni. Beberapa bahkan menuduh wanita itu hanya berkeinginan untuk mengubah nasibnya sendiri.
“Visi Misi: memperbaiki ekonomi sendiri,” tulis @fajri6762 di salah satu unggahan Yuni di akun TikTok @younie_06.
“Mau memperbaiki ekonomi sendiri atau membantu ekonomi keluarga terdekat?,” tulis @ahli_surgaonline.
Tak hanya mendapat tanggapan negatif di dunia maya, Yuni juga mendapat perlakuan diskriminatif dari berbagai pihak di dunia nyata.
Ia mengaku mendapat respons buruk ketika mencoba berkampanye dan bersosialisasi di lingkungan rumahnya.
Salah satunya dalam bentuk dipersulitnya izin dari RT setempat lantaran ada dua caleg lainnya yang sudah berkampanye di sana.
“Jujur saja di sini, rumah saya, waktu minta izin untuk sosialisasi sama RT di sini ya dia bilang gini, ‘Karena di sini sudah dukung dua caleg, jadi enggak bisa sosialisasi’,” katanya, dilansir dari Tribun News.
Meskipun begitu, hal tersebut tidak terlalu dipusingkannya. Yuni memilih menerimanya dan langsung melakukan sosialisasi di tempat lain.
Ia juga mengaku tidak berambisi untuk menang, dan hanya menjalani proses yang ada saat ini.
Untuk pencalonannya di Pemilu 2024, Yuni sejauh ini telah mengeluarkan dana sebesar Rp2,5 juta. Uang itu adalah hasil dari yang disisihkannya dari gajinya sebagai ART.
Yuni mengatakan, dana itu seluruhnya digunakannya untuk membuat berbagai alat peraga kampanye (APK) seperti poster, stiker, gantungan kunci, dan kalender.
“Ya pokoknya kalau dari awal, misal kayak APK saja, itu nggak sampe Rp 2 juta, cuma kalau sama tes seperti itu bisa sampai sekitar Rp 2,5 juta,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa motivasinya untuk mencalonkan diri sebagai sebagai caleg adalah ingin memperjuangkan Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (RUU PPRT).
Menurutnya, rancangan itu sudah dibuat sejak 20 tahun yang lalu, namun belum ada kejelasan terkait perlindungan pekerja rumah tangga (PRT).
Ia mengatakan bahwa para PRT saat ini hanya dilindungi oleh UU Ketenagakerjaan yang menurutnya belum cukup untuk dijadikan tameng dalam mengatasi masalah yang dihadapi orang-orang sepertinya.