
JEPANG – Saat berkunjung ke Kyoto, cobalah untuk tinggal di rumah-rumah warga. Bila tidak punya kenalan di sana, cobalah memesan kamar atau rumah lewat Air BnB.
Mengapa harus tinggal di perumahan warga Kota Kyoto?
Kyoto adalah kota yang sangat kuat menjaga tradisinya sehingga sangat tradisional. Kehidupan modern tidak menggerus budaya dan cara hidup mereka.
Geisha dan Maiko masih bisa anda temui berjalan lalu lalang di sekitar kedai teh atau tengah kota. Warganya sendiri pun menjaga kotanya seperti aslinya di jaman dahulu.
Saat tinggal di rumah mereka, yang pertama akan anda rasakan adalah keheningan yang teramat sangat.
Saya coba tinggal di salah satu rumah yang dipesan lewat Air BnB. Lokasinya tak jauh dari Stasiun Kyoto, sekitar menit berjalan kaki.
Di sepanjang gang kecil menuju rumah yang dituju, hanya sesekali saya berpapasan dengan warga setempat. Mobil juga demikian, hanya sedikit yang lalu lalang.
Rumah yang mereka gunakan masih sama dengan jaman dahulu, yaitu berbahan dasar kayu seluruhnya. Orang Jepang sangat jarang membuka pintu rumahnya. Saya juga tidak menemukan anak-anak yang bermain di halaman rumah.
Padahal area yang saya tempati bukanlah sebuah residence modern sebagaimana di Jakarta yang rumahnya umumnya berukuran besar. Rumah warga Jepang yang masih memakai desain kuno terlihat sangat kecil dari depan.
Halaman rumah orang Jepang biasanya kebanyakan di belakang rumah, bukan di depan. Jadi, rumah gang atau jalan kecil perumahan biasanya hanya digunakan untuk jalan raya.
Tidak mungkin memarkirkan mobil di jalan raya. Tak heran memang kepemilikan mobil di negara ini memang sangat ketat. Anda tidak bisa
memiliki mobil tanpa lahan parkir di rumah.
Dengan kata lain, anda tidak mungkin menemukan abang penjual bakso atau penjual nasi goreng di Jepang. Desain untuk perumahan di Jepang sangat teratur.
Namun untuk urusan kabel listrik masih sama saja dengan Jakarta, anda masih akan menemukan keruwetan jalur kabel listrik di mana-mana, terutama di distrik hiburan seperti Harajuku Street.