AUSTRALIA – Seorang wanita asal Australia baru-baru ini menceritakan pengalamannya yang tidak menyenangkan sebagai seseorang bertubuh besar (plus-size) saat akan menaiki pesawat.
Dalam unggahan di Instagram-nya, Holly Richards mengatakan telah berhadapan dengan “pengalaman yang mengerikan” sebelum melakukan perjalanannya pada Sabtu (13/5).
Berencana terbang dari Sydney ke Melbourne, Holly sengaja memesan dua kursi di pesawat guna “menghindari tatapan atau komentar tak nyaman dari orang yang duduk di sebelah”.
Akan tetapi, pengalaman tak menyenangkannya tidak dimulai saat ia sudah berada di dalam pesawat, melainkan saat dirinya masih berada di bandara.
Ia mengatakan, ia didatangi dua wanita yang merupakan staf penerbangan dan mereka bersikap “sangat kasar sejak awal”.
Kedua wanita itu memeriksa barang-barang bawaan Holly “seolah-olah mereka mengharapkan pertengkaran yang akan terjadi”.
Saat itu, wanita yang bekerja sebagai pebisnis itu membawa satu tas tangan, satu koper kecil, dan seperangkat mesin CPAP untuk kondisi medis sleep apnea-nya.
“Yang saya tahu dari pengalaman sebelumnya dianggap sebagai perangkat medis dan oleh karena itu tidak termasuk dalam jatah bagasi jinjing,” katanya.
Setelah menimbang barang bawaan Holly, kedua staf yang mendatanginya mengatakan bahwa bawaannya melebihi batas sebanyak 3 kilogram.
Selain itu, mereka mengatakan bahwa jumlah tas yang dibawa oleh penumpang adalah maksimal dua buah, bukan tiga seperti yang dibawa Holly.
Menanggapi hal tersebut, ia pun akhirnya “dengan sangat enggan” memberi tahu staf bahwa dirinya telah membeli kursi tambahan.
“Jadi tentunya kurang dari 2 kg tidak apa-apa mengingat secara teknis kursi tambahan dilengkapi dengan jatah bagasi jinjing 7 kg lagi,” jelasnya.
Meskipun begitu, staf tersebut mengatakan “bukan itu masalahnya” dan meminta Holly untuk tetap memeriksakan bawaannya.
Holly pun mengatakan staf itu telah bersikap kasar dan meminta untuk berbicara langsung dengan manajer.
“Ia memberi tahu saya bahwa saya bersikap kasar dan manajer akan mengatakan hal yang sama tapi akhirnya pergi memanggil manajer. Saya langsung menangis,” katanya.
Manajer pun datang beberapa menit kemudian, memberi tahu Holly bahwa dirinya perlu “memeriksa tas dan membayar tunjangan berat ekstra” namun tidak apa-apa baginya untuk membawa CPAP.
“Tidak ada permintaan maaf karena dia memberi tahu saya informasi yang salah tentang CPAP yang dianggap sebagai bagasi ketiga,” tambah Holly.
Meskipun “malu untuk menyebutkannya dengan lantang di gate yang ramai”, ia akhirnya juga menginformasikan mengenai kursi tambahan yang ia beli kepada sang manajer.
Setelah itu, situasi tersebut tampak telah teratasi. Sayangnya, Holly dihadapkan dengan situasi tak menyenangkan lainnya saat berada di antrean.
Holly menduga dirinya telah menjadi sasaran manajer yang “menegurnya” karena “membingungkan sistem” dengan memesan kursi tambahan dan check-in online.
Padahal, ia telah mengikuti segala instruksi maskapai. Hal itu pun membuatnya “mulai menangis dan melangkah keluar antrean”.
“Saya dipaksa untuk mengantri dan duduk sambil menangis,” katanya di unggahannya.
“Sungguh menakutkan menjadi orang yang lebih besar di dunia ini pada saat terbaik. Saya secara aktif menghindari tampil di depan umum dalam situasi di mana tubuh saya akan menjadi ketidaknyamanan atau menyebabkan komentar apa pun.
“… Meskipun saya telah mengambil setiap langkah yang saya bisa untuk menyesuaikan diri, saya berulang kali bertemu dengan itikad buruk, kekasaran, dan penghinaan. Saya tidak diperlakukan seperti manusia,”
Kepada UNILAD, seorang juru bicara dari maskapai yang ditumpangi Holly, Jetstar, mengatakan bahwa mereka “benar-benar menyesal” mendengar pengalaman sang wanita bulan ini.
“… Kami sedang mencari tahu apa terjadi dan bagaimana kami bisa berbuat lebih baik. Tim pelanggan kami juga telah menghubungi Nona Richards untuk meminta maaf,” katanya.
Sumber: UNILAD