25.4 C
Indonesia

Transfusi Darah Tidak Diperlukan Dalam Dunia Kedokteran, Ini Alasannya

Must read

Suasana konferensi yang dihadiri oleh para dokter, doktor dan profesor di seluruh Italia (Foto: JW/ THE EDITOR)

ROMA – Para dokter, ahli bioetika, dan ahli hukum berkumpul di University of Padua, salah satu universitas tertua di Italia, untuk menghadiri konferensi yang bertema Penolakan Transfusi Darah oleh Pasien Dewasa: Apa Alternatifnya? Darah Menyelamatkan 2017.

Konferensi ini disponsori oleh lebih dari 25 lembaga dan perkumpulan ilmiah Italia dan juga Kementerian Kesehatan Italia yang diadakan pada Jumat, 24 November 2017,

JW mengatakan mumnya, transfusi darah dianggap tidak berbahaya dan menjadi satu-satunya cara untuk menyelamatkan pasien yang menjalani pengobatan atau operasi yang rumit. Tapi, para pembicara di konferensi ini tidak setuju. Salah satunya adalah Dr. Luca P. Weltert, seorang ahli bedah kardiotoraks di European Hospital, Roma. Dia mengamati bahwa transfusi darah bisa berbahaya dan dalam banyak kasus tidak diperlukan.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Dr. Weltert dan para dokter lainnya yang hadir. Saat menangani pasien, mereka memeriksa bukti-bukti penelitian ilmiah. Semua memperlihatkan bahwa para penerima transfusi lebih berisiko mengalami kematian, penularan penyakit, rawat inap yang lebih lama dan berbagai komplikasi kesehatan lainnya.

Bukti ilmiah tersebut, dan juga tingginya biaya transfusi, mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2010 untuk merumuskan patient blood management (PBM, atau penanganan darah pasien). Ini adalah cara menangani pasien yang melibatkan berbagai bidang ilmu kedokteran dan berbagai metode medis.

PBM dirancang agar kesehatan dan keselamatan pasien lebih diutamakan, agar hasil pembedahan dapat ditingkatkan dan agar angka penggunaan transfusi darah bisa ditekan. WHO telah mengeluarkan resolusi yang mendesak ke-193 negara anggota PBB untuk menerapkan strategi PBM.

Profesor Stefania Vaglio, kepala bagian pengobatan dengan transfusi di Sant’Andrea University Hospital, Roma membahas dengan terperinci era baru strategi PBM. Dia menyatakan bahwa dunia medis dulunya selalu berfokus pada menerima dan menyalurkan darah donor. Tapi sekarang, fokusnya sudah berubah total dari darah donor ke darah pasien itu sendiri.

Salah satu tujuan PBM adalah untuk mengurangi pendarahan dengan lebih banyak memberikan perhatian pada pasien dan menerapkan berbagai cara agar darah pasien tidak banyak terbuang. Profesor Vaglio juga menjelaskan bahwa teknik kedokteran untuk mempertahankan volume darah pasien sebenarnya adalah pengobatan yang lebih bermutu.

Dr. Tommaso Campagnaro, dokter bedah umum di Verona University Hospital, meneguhkan manfaat dari menggunakan strategi untuk menghindari transfusi darah. Dia menganalisis data-data lama, bahkan dari akhir tahun 1990-an, tentang pasien-pasien yang menjalani pembedahan abdomen yang sangat rumit.

“Pasien yang tidak menerima transfusi darah mengalami komplikasi yang lebih sedikit dan memiliki angka kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima darah,” ujarnya.

Dr. Tommaso Campagnaro, dokter bedah umum, Verona University Hospital mengatakan juga bahwa pasien yang tidak menerima transfusi darah mengalami komplikasi yang lebih sedikit dan memiliki angka kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan pasien yang menerima darah.

Dr. Campagnaro, bersama beberapa pembicara lain di konferensi itu, di depan umum mengucapkan terima kasih kepada Saksi-Saksi Yehuwa karena telah mendorong para dokter untuk mengembangkan berbagai pengganti transfusi darah.

“Kami berterima kasih kepada Saksi-Saksi Yehuwa, yang telah mengangkat persoalan tentang hak untuk menolak transfusi. Kita sekarang lebih menyadari masalah ini dan lebih berani merawat pasien tanpa darah,” ujar Anna Aprile, lektor kepala di bidang hukum kedokteran di Universitas Padua.

”Kami berterima kasih kepada Saksi Yehuwa, yang telah mengangkat persoalan tentang hak untuk menolak transfusi,” tambahnya.

Para pembicara di konferensi ini mewakili berbagai spesialisasi ilmu kedokteran, seperti anestesiologi, kardiologi, ginekologi, hematologi, onkologi, dan ortopedi. Meski begitu, inti pesannya sama: Institusi dan organisasi medis, para pembuat undang-undang, serta masyarakat umum perlu menerima strategi PBM seiring dengan semakin banyaknya bukti berdasarkan hasil riset dan pengalaman para ahli di bidangnya.

 

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Artikel Baru