JAKARTA – Hari Senin, 16 Mei 2022, kemarin dirayakan sebagai hari raya Waisak oleh umat Buddha di seluruh dunia. Di Indonesia, perayaan Waisak dipusatkan di kompleks Candi Borobudur yang berlokasi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Hari raya keagamaan ini juga sering disebut sebagai Trisuci Waisak yang merujuk pada 3 momen penting dalam hidup sang Buddha, yakni kelahiran Sidharta Gautama, pencerahan Sidharta menjadi Buddha, dan wafatnya sang Buddha.
Meskipun sama-sama merayakan Waisak, umat Buddha di negara yang berbeda memiliki tradisi perayaan yang berbeda pula. Hal yang sama terletak pada konsep mengunjungi kuil dan berdoa di sana.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut perayaan Waisak dari lima negara di dunia.
Nepal
Sosok Pangeran Sidharta Gautama yang kemudian menjadi sang Buddha diketahui lahir di Nepal pada 623 SM. Kelahirannya yang dinilai sebagai momen istimewa konon disaksikan oleh dewa-dewi.
Umat Buddha di Nepal merayakan Waisak dengan mengenakan pakaian serba putih untuk bersembahyang di kuil.
Pada hari ini pula, mereka akan mengonsumsi kheer atau bubur manis yang juga dikenal sebagai puding beras.
Cina
Dilansir dari Kompas, Cina adalah negara dengan populasi umat Buddha terbanyak di dunia, yakni 254,7 juta, berdasarkan data dari World Population Review.
Dengan jumlah yang besar itu, maka tidak heran jika Fodan atau Waisak dalam bahasa setempat dirayakan dengan sangat meriah.
Berbagai persembahan diberikan kepada para biksu, dupa-dupa di kuil dinyalakan, dan segenap umat melakukan ritual yufojie, yakni ritual memandikan patung bayi Buddha dengan air yang mengandung wewangian.
India
Visakah Puja atau Buddha Purnima atau Waisak di India dirayakan dengan kunjungan umat Buddha ke kuil untuk mendengarkan ceramah dari para biksu.
Mereka yang taat bisa saja menghabiskan waktu seharian penuh di satu atau lebih kuil.
Waisak juga menjadi momen yang tepat untuk memberikan perhatian khusus pada ajaran sang Buddha. Dilansir dari Tirto, banyak umat Buddha di India yang mengenakan jubah putih dan hanya mengonsumsi makanan vegetarian selama Waisak.
Mereka juga akan memberikan bantuan berupa uang, makanan, atau barang kepada berbagai pihak yang membutuhkan seperti orang miskin, lansia, dan orang sakit.
Hewan yang dikurung pun akan dibeli dan dibebaskan untuk menunjukkan kepedulian pada sesama makhluk hidup, seperti yang diajarkan sang Buddha.
Singapura
Umat Buddha di negara yang bertetangga dengan Indonesia ini biasanya mulai merayakan Waisak saat fajar baru menyingsing. Mereka berkumpul di kuil dan melakukan serangkaian upacara.
Bendera Buddhis dikibarkan bersamaan dengan dinyanyikannya himne memuji Buddha, Dharma (ajarannya), dan Sangha (murid-muridnya).
Sisa hari dihabiskan dengan berkelakuan baik. Umat Buddha percaya bahwa satu hari ini akan melipatgandakan pahala yang didapat dari hal tersebut.
Jepang
Waisak di Jepang umumnya bertepatan dengan musim semi, sehingga dirayakan dengan membuat replika kuil berhiaskan bunga musim semi. Hal ini juga yang mungkin melahirkan sebutan “Hanamatsuri” di negara ini untuk perayaan Waisak.
“Hana” sendiri memiliki makna “bunga” dan “matsuri” bermakna “festival”.
Bunga dalam perayaan hari penting ini juga dihadirkan sebagai bahan dasar minuman yang yang akan digunakan untuk memandikan patung Buddha, yakni ama-cha yang terbuat dari bunga hortensia.
Usai dimandikan, patung tersebut akan mendapatkan rangkaian bunga teratai yang dikalungkan di sekelilingnya.