THE EDITOR – Pilkada daerah tahun 2024 ini cenderung ingin meniru gaya kampanye Pilpres saja. Fenomena ini terjadi karena pelaksanaan Pilpres dan Pilkada yang berdekatan tapi akhirnya dimanfaatkan oleh para elite politik untuk berkampanye dengan cara yang tidak sehat.
“Kita tidak bisa menyamakan kontestasi Pilkada di kabupaten kota dan provinsi. Kecenderungan ini ingin menyamakan (dengan cara kampanye di pusat). Padahal kondidat harus memahami apa yang dibutuhkan oleh masyarakat di kabupaten kota,” demikian dikatakan oleh Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago saat berbincang dengan The Editor pada Selasa (1/10/2024).
Sejauh pengamatan Arifki, para paslon Pilkada 2024 saat ini sangat menikmati aksi situasi ini sehingga merasa tidak perlu untuk menyusun visi dan misi mereka dan diumumkan ke masyarakat.
Jadi, lanjutnya, yang dilakukan para paslon adalah membuat diri mereka terkenal di media sosial seperti Tiktok, Facebook dan Instagram. Padahal, Pilkada bukan kontes kecantikan atau ajang pencarian berbakat.
“Fenomena terjadi apakah karena kejenuhan orang untuk berbicara yang serius sehingga kandidat berfokus pada hal yang viral-viral saja seperti bikin konten di Tiktok, gitu doang kan?” tanya Arifki.
Situasi ini menurutnya menjadi sebuah bentuk kemunduran bagi Pilkada. Dimana peta politik diubah dari era aktivis, pengusaha dan influencer yang berakibat pada munculnya kandidat yang malas tapi ingin menang dan dipilih saat Pilkada.
“Fenomena ini cenderung muncul ke publik, padahal sebagian masyarakat berharap ada visi misi yang muncul pada kandidat. Namun kenyataannya mereka lebih senang ketemuan (saja dengan masyarakat) tanpa bicara visi misi. Saya rasa ini bentuk kemunduran juga di Pilkada,” ungkapnya.
Kemalasan para kontestan politik ini, lanjut Arifki, harus disoroti oleh masyarakat di daerah agar tidak memunculkan kepala daerah yang menang hanya karena viral di media sosial Instagram, Facebook dan Tiktok saja.
Karena Arifki masih percaya masih banyak sekali masyarakat dari berbagai latar belakang ingin memilih kandidat yang memiliki visi dan misi bila terpilih sebagai kepala daerah nanti.