JAKARTA – Van Gogh pernah menderita penyakit mental. Setidaknya itulah informasi yang dibagikan dalam acara pameran Van Gogh Alive di Jakarta yang dimulai sejak tanggal 7 Juli hingga 9 oktober 2023 di Mall Taman Anggrek, Jakarta Pusat pada Minggu (3//7).
Dalam penjelasan yng tertuang di papan-papan informasi pameran ini, lukisan bunga matahari Van Gogh adalah bagian dimana ia menyerah pada penyakit mental yang ia derita.
Sampai akhirnya pada tanggal 8 Mei 1889 ia setuju untuk dimasukkan ke Rumah Sakit Jiwa Saint-Paul-de-Mmausole di kota Saint-Remy atas saran temannya Pendeta Salles.
Van Gogh ditempatkan di bawah pengawasan Direktur Suaka Dr. Peyron, dan diberikan kamar di lantai atas.
Di rumah sakit jiwa, ternyata Van Gogh mengalami kekhawatiran yakni tidak lagi diizinkan untuk melukis.
Akibatnya, ia tidak bisa berkontribusi untuk membayar sewa bulanan saudaranya Theo sebesar 100 franc.
Karena meski bagaimanapun, karya Van Gogh sudah memiliki penggemarnya sendiri. Namun aturan rumah sakit mengubah segalanya.
Namun aturan itu tak berlangsung lama, karena 1 bulan kemudian ia kembali dapat melanjutkan lukisannya, dan lukisan berjudul “Iris” adalah yang pertama yang berhasil ia selesaikan.
Iris dipamerkan pada tahun 1889 di Salon des Independents sebelum akhirnya dijual kepada Octave Mirbeau tahun 1848-1917 seharga 300 franc.
Makin Kejam Pada Orang Lain
Selama berada di rumah sakit jiwa, gangguan mental Van Gogh semakin parah karena ia semakin kejam pada orang lain.
Ia bahkan pernah melukai dirinya sendiri dengan menelan cat beracun.
Penderitaan Van Gogh lebih ke arah halusinasi dan mimpi yang menganggu yang seringkali sifatnya religius dan mungkin disebabkan oleh nuansa religius rumah sakit jiwa. Hal ini tentu memperburuk keadaaannya.

Namun, selama di sana, Van Gogh menghasilkan karya yang sangat populer di dunia yang berjudul “Malam Berbintang”.
Pemandangan dari rumah sakit jiwa atas kotapraja Saint-Remy digambarkan dalam Malam Berbintang.
Cemara di halaman depan mendominasi langit malam dengan penuh keajaiban ini dengan awan yang berputar-putar serta bulan sabit dan bintang kuning, sedangkan menara kecil di halaman belakang memberikan pemandangan yang dalam.
Sapuan kuas cair yang sangat emosional dan langit yang bergulung mengungkapkan pikiran yang sangat bermasalah, namun tidak menunjukkan keputusasaan.
Keluar Dari Rumah Sakit Jiwa Meski Masih Belum Stabil
Setelah beberapa bulan di rumah sakit jiwa, Van Gogh sangat ingin kembali ke pedesaan dan bertemu dengan teman-temannya di utara.
Lewat suratnya kepada saudaranya Theo, ia mengatakan bahwa akan tinggal bersama sahabatnya bernama Pissarro, namun rencana ini diketahui tidak jelas.
Keadaan mentalnya sebenarnya masih tidak stabil, bahkan lebih parah dari saat ia masuk ke rumah sakit jiwa.
Ia terombang-ambing antara kewarasan dan kegilaan.
Istri Pissarro Menolak Sang Maestro
Keinginan Van Gogh untuk tinggal dengan sahabatnya Pissarro sangat ditentang oleh istrinya.
Untuk itu, Theo dan Pissarro menyarankan agar Van Gogh tinggal di kota Auvers-sur-Oise untuk tinggal di bawah asuhan Doctor Gachet, seorang teman pelukis impresionis.
Saat bersama Doctor Gachet, ia mulai mengerjakan potret dirinya. Ia menggambarkan lukisan itu sebagai sosok yang tenang meskipun samar. Namun wajah Van Gogh yang ia lukisan sendiri memancarkan kegelisahan dan kekacauan.