26.9 C
Indonesia

Rumah Pengasingan Sukarno di Desa Lau Gumba, Berastagi Dinobatkan Sebagai Cagar Budaya

Must read

TANEH KARO – Rumah pengasingan Sukarno dan Sutan Sjahrir yang berada di Desa Lau Gumba, Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara berhasil dinobatkan sebagai salah satu cagar budaya peringkat nasional oleh pemerintah indonesia.

Pengkajian diadakan di Hotel Inna Dharma Deli, Parapat melalui penelitian 12 orang ilmuwan di Bidang cagar budaya dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi pada Selasa (16/7).

Taneh Karo memenangkan usulan ini dengan mengalahkan 5 kandidat lain, yaitu Masjid Azizi di Langkat, Makam Papan Tinggi di Barus, Tapanuli Tengah dan Situs Megalitikum di Hilisimaetano dan Bawomataluo, Nias.

Baca Juga:

Bagaimana Sejarah Rumah Tersebut?

Dikutip dari Historia, Sukarno dan Sutan Sjahrir dibawa ke Desa lau Gumba pada tanggal 22 Desember 1948.

Saat itu, Sukarno, lewat otobiografinya megaku tidak tahu akan diterbangkan kemana.

Namun, dalam perjalanannya saat itu, Sukarno tahu rekannya seperti Mohammad Hatta, Assa’at dan Pringgodigdo diturunkan di Pulau Bangka. Sementara ia, Sutan Sjahrir dan Agus Salim dibawa ke Berastagi, Sumatera Utara dengan status sebagai tawanan.

Sukarno dan rekannya akhirnya tiba di sebuah rumah berhalaman luas yang berada di atas tanah seluas dua hektar.

Rumah yang terletak di lereng bukit itu dijaga ketat oleh enam orang prajurit dengan senapan. 

Rumah Pengasingan Sukarno di Desa Lau Gumba tampak dari jauh (Foto: Situs backpacksejarah.com/THE EDITOR)

Rumah Pengasingan Sukarno di Desa Lau Gumba tampak dari jauh (Foto: Situs backpacksejarah.com/THE EDITOR)

Sukarno tinggal hanya 12 hari di rumah tersebut. Alasannya karena Taneh Karo terkenal dengan laskar rakyat yang dikenal sebagai basis perjuangan kemerdekaan.

Belanda akhirnya memindahkan Sukarno dan rekannya ke Parapat yang terletak di pinggiran Danau Toba. Letaknya tak jauh dari Kota Berastagi, sebelum akhirnya memindahkannya ke Pulau Bangka.

Enam dekade berselang, rumah tersebut masih berdiri kokoh dan terawat baik. 

Pemugaran pernah dilakukan pada tahun 1957 yang berakhir pada tahun 2005. Yang pasti, bangunan tersebut masih asli, baik itu kamar maupun perabotannya yang pernah dipakai oleh Sukarno.

Bagaimana Desain Interior Rumah Ini?

Ruang tamu rumah ini terletak di depan kamar Sukarno. Cukup luas sehingga bisa memasukkan dua patung Sukarno lengkap dengan satu set sofa, satu set kursi tamu tua, satu set kursi tamu modern dan satu set credensa.

Di dinding kayunya terpampang dua foto, yakni sukarno dan Mohammad Hatta.

Sementara itu di ruang tengah terdapat sebuah meja bundar dengan 10 kursi yang mengelilinginya.

Foto-foto orang yang pernah berkunjung ke rumah tersebut dipajang juga, seperti AM Fatwa serta lukisan Jan Suluters dan Ivan Vrialand.

Sukarno kabarnya juga sempat menanam pohon beringin di halaman rumah besar tersebut. Penjaga rumah menyebut beringin tersebut adalah ‘Beringin Sukarno’ karena ditanam olehnya.

Hingga sekarang Sukarno memiliki tempat khusus di hati masyarakat Karo. Bahkan warga Karo dikenal sangat setia kepada Sukarno.

Sukarno mendapat julukan dari warga Karo, yaitu ‘Bapak Rakyat Sirulo atau bapak Lambang Kemakmuran Rakyat’.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru