THE EDITOR – Didik Nini Thowok seperti gandum yang tumbuh di tengah-tengah ilalang. Demikian penuturan Romo Andreas Adhi Prasetyo dari Gereja Maria Ratu Damai Banyuwangi saat ditanya pendapatnya tentang karir Sang Maestro yang di kini telah berkecimpung di dunia tari selama lebih dari 50 tahun.
“Saya mengibaratkan Mas Didik itu seperti gandum yang tumbuh di tengah ilalang yang memang akan menjadikan Mas Didik yang seperti ini karena Ia (Mas Didik) tumbuh bersama ilalang,” katanya saat diwawancara secara ekslusive oleh The Editor beberapa waktu lalu.
Perumpamaan Romo Andreas ini memang tidak biasa karena selama ini Ia melihat Sang Maestro Didik Nini Thowok harus hidup dan memulai karir bersama dengan orang-orang yang tidak selalu mendukungnya.
Orang-orang yang iri dan tidak mendukung kesuksesan Didik Nini Thowok, menurut Romo Andreas justru membawanya menjadi seorang seniman yang diakui oleh dunia internasional.
“Tantangan itu yang membuat Mas Didik saat ini. Inilah Didik Nini Thowok yang sebenarnya, tangguh dalam iman, tangguh dalam segala hal,” katanya.
Untuk menghargai karya Sang Maestro, Romo Andreas secara khusus mempersiapkan sebuah tarian istimewa berjudul ‘Maaf’ dalam rangka merayakan 50 Tahun Didik Nini Thowok Berkarya di Desember 2024 lalu.
Karya ini dipersembahkan untuk menghargai dan menghormati keberanian Didik Nini Thowok dalam berkarya.
DIDIK NINI THOWOK SENIMAN YANG RELIGIUS

Romo Andreas Adhi Prasetyo sebelum pesta perayaan 5o tahun Didik Nini Thowok berkarya di akhir 2024 lalu di Yogyakarta (FOTO: Elitha Evinora Beru Tarigan/THE EDITOR)
Didik Nini Thowok adalah seorang seniman yang sangat religius. Fakta ini dikatakan oleh Romo Andreas karena selama mengenalnya, Sang Penari tersebut selalu meminta restu sebelum mementaskan karyanya.
“Saya salut sama beliau karena setiap kali mau berkarya dibawa dalam doa, doa berkat ya meski lewat video call dari jauh. Tidak pernah beliau meninggalkan Sang Maha Kuasa dalam karyanya,” ungkapnya lagi.
“Menjadi Didik Nini Thowok juga tidak mudah kan. Jadi, luar biasa,” katanya.
DIDIK NINI THOWOK MAMPU MENERIMA ILALANG DIHIDUPNYA
Karena kesabaran dan keuletan yang dimiliki oleh Didik Nini Thowok, lanjutnya, akhirnya Sang Maestro bisa menerima ilalang tersebut.
Selama karirnya, ternyata Didik Nini Thowok banyak yang mendukung namun banyak juga yang menjatuhkan.

Kisah kepedihan dalam karirnya, kata Romo Andreas, selalu dibawa dalam doa agar mampu memiliki kekuatan ilahi untuk menghadapi ilalang yang ingin menghancurkan karirnya.
“Mesti ada kekuatan ilahi untuk melawannya. Dengan cara itu beliau terus maju karena Dia (Tuhan),” katanya.
“(Didik Nini Thowok) bilang apa yang aku lakukan ini untuk kebaikan bagi sesama, maka terus maju. (jadi) mesti izin ke Tuhan,” ungpa Romo Andreas menirukan kata-kata Didik saat itu.
Sehingga, lanjutnya, meski banyak ilalang alias penghalang, namun Didik Nini Thowok yang diibaratkan seperti gandum tetap dapat tumbuh dengan subur.