22.9 C
Indonesia

Punya Hubungan Kuat Dengan Kedua Negara, Erdogan Tawarkan KTT Perdamaian Ukraina-Rusia

Must read

UKRAINA – Pada kunjungannya ke Ukraina, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menawarkan diri untuk mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ukraina-Rusia.

Pada saat yang bersamaan, para pemimpin Uni Eropa di sisi lain dunia tengah meningkatkan pantauan ke Kremlin.

Serangan diplomatik itu terjadi ketika Rusia menuduh Amerika Serikat meningkatkan “ketegangan” dengan mengirim 1.000 tentara ke Rumania dan 2.000 ke Polandia untuk memperkuat sayap timur NATO.

Baca Juga:

Melihat Moskow yang menolak untuk menarik kembali lebih dari 100.000 tentara dari perbatasan Ukraina, para pemimpin kekuatan Eropa, Jerman dan Prancis, mengatakan mereka mengantisipasi kemungkinan kunjungan ke Moskow guna bertemu Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, berencana mengadakan panggilan telepon ketiganya dalam seminggu ini dengan Putin pada Kamis (3/1) malam sekaligus berbicara dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

Dalam upaya diplomatik yang intens ini, negara-negara Barat telah melibatkan diri untuk mencegah serangan lebih lanjut terhadap negara bekas Soviet, Ukraina, meskipun mendapat penolakan keras dari Moskow.

Mereka juga telah menetapkan ancaman sanksi terhadap lingkaran dalam Putin.

Erdogan, yang mengejar jalur diplomatiknya sendiri, menegaskan kembali tawarannya pada pertemuan dengan Zelensky, yaitu menjadi tuan rumah KTT perdamaian dengan Putin.

Pemimpin Turki itu ingin meningkatkan hubungan khususnya dengan Putin dan dukungan kuat untuk Kyiv untuk mengadakan pembicaraan damai.

Zelensky berterima kasih pada Erdogan dan bersikeras bahwa dia “siap untuk melakukan segala kemungkinan di semua situasi dan dalam semua format” untuk membawa perdamaian ke Ukraina.

Sinem Koseoglu, salah satu jurnalis Al Jazeera, melaporkan dari Istanbul bahwa Erdogan telah melangkah sebagai “penengah antara Ukraina dan Rusia karena dia yakin dia dapat berbicara dengan bebas dan terus terang” dengan keduanya, Zelensky dan Putin.

“[Erdogan] mengatakan bahwa dia tidak suka melihat dua tetangga dalam konflik, tetapi sebagai anggota NATO, jika Rusia menginvasi Ukraina, Turki akan melakukan apa yang diperlukan untuk mempertahankan sayap timur aliansi militer transatlantik,” ucapnya.

“Tapi tentu saja, Turki dan Rusia memiliki hubungan strategis dan kerja sama strategis dalam hal Libya, Suriah, dan Nagorno-Karabakh … jadi Erdogan harus sangat berhati-hati saat menangani masalah ini … karena dia memiliki beberapa kepentingan nasional yang dipertaruhkan.”

Dorongan Erdogan untuk menengahi sejauh ini telah terhalang oleh kemarahan Kremlin tentang salah satu anggota NATO, Turki, yang memasok drone tempur ke Kyiv.

Turki dan Ukraina kemudian diketahui menandatangani kesepakatan baru yang bertujuan untuk memperluas produksi drone di Ukraina.

 

Sumber: Al Jazeera

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru