JAKARTA – Setelah menghabiskan waktu selama lebih dari 30 tahun di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, Sylviana Murni kini resmi terpilih sebagai Ketua Badan Akuntabilitas Publik Senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari DKI Jakarta. Tugas barunya kali ini berkaitan dengan pelayanan publik terkait temuan BPK yang berindikasi kerugian negara secara melawan hukum. Disisi lain, Sylviana Murni juga sangat peduli pada budaya serta kemajuan perempuan. Bagaimana kiprah wanita yang telah mendapat gelar Profesor ini dari DKI hingga ke pusat? Berikut petikan wawancara The Editor bersama beliau.

TE (The Editor) Apa pandangan seorang Sylviana murni tentang budaya, Apakah sebatas budaya betawi saja? Mengingat selama ini hanya fokus di Jakarta saja.
Budaya bagi saya bukan hanya sekadar pakaian bagi bangsa Indonesia, namun juga suatu identitas yang mencirikan kita semua sebagai bangsa yang kaya akan perbedaan namun kuat dengan persatuan. Jelas tidak dan bukan hanya Betawi saja. Namun saya perlu menjawab, bahwa saya adalah putri Betawi, yang lahir dan besar di lingkungan Betawi, maka pakaian dan identitas saya adalah seni kebetawian, namun nafas dan spirit perjuangan saya untuk Indonesia. Artinya kita semua mengikat atas sebab perbedaan-perbedaan, kita bersatu dalam kapal NKRI
TE – Apa arti menjadi perempuan bagi anda? Mengingat gelar yang sudah dicapai saat ini sudah sampai di level Profesor
Perempuan bagi saya adalah suatu keniscayaan, begitu juga dengan laki-laki. Sebab sejatinya kita adalah sama. Kemampuan seseorang meraih pendidikan hingga profesor, semua mempunyai hak dan proses yang sama, laki-laki dan perempuan. Namun yang perlu di garis bawahi bahwa gelar hanya akan menambah deretan pengalaman dan referensi keilmuan, tapi sesungguhnya yang perlu kita raih adalah bekal kecerdasan sebagai kekuatan manakala hidup harus bekerjasama dan gotong-royong baik antara laki-laki dan perempuan. Satu pesan saya setinggi apapun perempuan jangan pernah lupakan kodratinya sebagai perempuan.
TE – Perempuan di legislatif itu sangat terbatas. Apa yang ingin dikejar dan ditunjukkan?
Keterbatasan tentu tidak menjadikan kita lemah. Apapun keadaannya, minim atau terbatas sekalipun yang paling penting adalah spirit gotong-royong kita bersama dari kelompok perempuan-perempuan yang berangkat dari kemampuan dan integritas. Satu-satunya yang ingin saya tunjukan adalah bagaimana hidup saya bisa sangat bermanfaat bagi bangsa dan negara hingga nafas saya tiada.
TE – Balik lagi ke budaya, bagaimana mencerminkan budaya di lingkungan DPD RI?
Lagi, budaya adalah pakaian dan identitas bagi kita semua bangsa Indonesia. Di DPD, kami dari semua senator yang berasal dari daerahnya masing-masing, dengan pakaian masing-masing punya cita-cita dan frekuensi yang sama, yaitu kesejahteraan dan kemajuan negara kita, Indonesia.
TE – BIsa dijelaskan apa sebenarnya pekerjaan seorang Ketua Badan Akuntabilitas Publik (BAP) DPD RI?
BAP merupakan alat kelengkapan dari DPD RI. Tugas dari BAP sederhananya ada dua: pertama, melakukan penelaahan dan menindaklanjuti temuan BPK yang berindikasi kerugian negara secara melawan hukum. Kedua, menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat terkait dugaan korupsi dan maladministrasi dalam pelayanan publik
TE – Bagaimana cara mendorong perempuan tertarik maju ke legislatif? Ada kemungkinan tidak menurut anda kursi di legislatif akan seimbang dengan laki-laki? 50:50 misalnya?
Bisa saja dan caranya sederhana, kita cukup melihat bagaimana tingkat kepemahaman seseorang terutama perempuan dalam menangkap pola perjuangan melalui proses legislatif. Karena sejatinya tujuan kita sama di mana yang dicita-citakan oleh Pancasila. Sampai disana kita akan mengukur sejauh mana keterlibatan perempuan untuk ikut serta berperan di dalam sistem melalui legislatif.
TE – Sudah pernah meramaikan kursi Gubernur DKI, kenapa tidak coba lagi?
Saya sudah pernah berkiprah 31 tahun mengabdi di Pemprov DKI Jakarta. Pointnya saya ingin bisa bermanfaat sebagai manusia. Cakupan saya ingin meluas, sebagai senator yang berasal dari Provinsi DKI Jakarta lanjut berkiprah di Pusat bersama DPD RI
TE- Ada kepanikan di masyarakat karena pandemic corona. Ada ide agar situasi tidak menakutkan karena ternyata banyak ketakutan muncul dari pemberitaan media. Bagaimana cara sosialisasi yang baik menurut anda?
Sejak sekarang kita harus bisa memulai memilah dan memilih mana informasi yang bisa kita konsumsi dan mana yang tidak. Jangan semuanya dilahap. Karena yang berlebihan akan obesitas. Pandemi ini, sederhana. Lakukan pola hidup dengan protokol kesehatan dan lakukan secara disiplin. Karena dari kita menjaga diri sendiri kita juga menjaga yang di sekitar kita. Jangan pernah berhenti mengedukasi masyarakat