19.1 C
Indonesia

Presiden Kazakhstan Perintahkan ‘Tembak Mati’ Pengunjuk Rasa

Must read

KAZAKHSTAN – Kota Almaty, Kazakhstan, setidaknya hingga kemarin pagi, masih menjadi pusat bentrokan yang sangat parah. Pemandangan itu termasuk juga pembakaran gedung-gedung, penjarahan, hingga penembakan yang menewaskan beberapa orang dari kedua pihak. 

Hal ini terjadi akibat keputusan presiden setempat, Kassym-Jomart Tokayev, memerintahkan tentara untuk “menembak mati tanpa peringatan’ para pengunjuk rasa yang ia sebut sebagai “perusuh”, “bandit”, hingga “teroris” itu.

Keputusan itu ia siarkan di televisi pada Jumat (7/1).

Baca Juga:

“Kita harus menyelesaikan pertarungan dengan mereka sampai akhir. Mereka yang tidak menyerah akan dimusnahkan,” ucap Tokayev. 

Dengan total demonstran yang berjumlah ribuan, dan tindakan mereka yang menyerang pusat militer hingga administrasi publik, ia meyakini bahwa mereka adalah pihak terlatih dan bukan warga biasa. 

Meskipun begitu, Tokayev tidak memberikan bukti lebih lanjut yang mendukung klaimnya tersebut.

Dalam siarannya itu juga, Tokayev secara khusus berterima kasih kepada Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyanggupi permintaan bantuannya. 

Ia menjelaskan responnya sebagai, “Dia (bertindak) cepat, ramah, dan dengan hangat menanggapi permintaan saya”. 

Dalam menghadapi situasi ini, ia menjelaskan bahwa negaranya membutuhkan lebih banyak pasukan khusus, peralatan khusus, serta peralatan teknis yang akan ia bicarakan lagi kepada sekutunya itu. Pada Kamis (6/1), “pasukan kedamaian” Rusia itu tiba di Kazakhstan.

Untuk mencegah penyebaran berita bohong, kalimat-kalimat hasutan, dan sebagainya, pemerintah setempat juga menonaktifkan internet di seluruh negeri. Ketika situasi stabil, internet akan kembali dinyalakan hanya di beberapa tempat. 

Akan tetapi, jika ada pihak-pihak yang kedapatan melakukan tindakan yang melanggar, mereka akan dicari dan dihukum segera.

Dilansir dari BBC, Presiden Tokayev sendiri tidak menanggapi seruan untuk berbicara dengan pengunjuk rasa. Ia mengatakan, 

“Pembicaraan seperti apa yang bisa dilakukan dengan penjahat dan pembunuh?”

Sementara itu, merujuk pada pernyataan Kementerian Dalam Negeri, bentrokan ini mengakibatkan setidaknya 3000 pengunjuk rasa ditahan, 26 “penjahat bersenjata” tewas, dan 18 tentara sejauh ini tewas.

Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan pihaknya akan memantau setiap pergerakan yang dilakukan Rusia di Kazakhstan.

“Amerika Serikat dan, terus terang, dunia akan mengawasi setiap pelanggaran hak asasi manusia,” ucap juru bicara kementerian.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru