
JAKARTA – Dua periode pemerintahan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berlaga di Balaikota DKI Jakarta tidak hanya mengubah wajah Ibukota jadi lebih ramah dan nyaman untuk ditinggali. Karena nyatanya, sejak tahun 2014 lalu Kebon Sirih, tempat para anggota dewan khusus DKI Jakarta berkantor pun jadi lebih ramah dan mudah diakses.
Bukan lagi rahasia bila keberhasilan kepala daerah dalam menjalankan kebijakannya sangat tergantung pada suara anggota dewan. Nama Prasetyo muncul dalam laga perebutan kursi DPRD DKI memang sangat pelik. Pria ini adalah loyalitas PDIP sedari kecil karena kedua orang tuanya juga sangat dekat dengan partai berlambang banteng ini.
Prasetyo dengan berani membuka Rapat Badan Anggaran (Banggar) DPRD DKI secara terbuka untuk umum. Awak media dengan langsung dapat menyaksikan bagaimana pelik, lamban dan cepatnya rapat Banggar bila datang secara langsung. Tak jarang tumpukan kertas yang dibagikan kepada setiap anggota dewan hanya berakhir begitu saja di depan meja tanpa disentuh sedikitpun. Dan beberapa waktu kemudian rapat Banggar ditutup karena alasan belum lengkap data.
Dan bagi Prasetyo, kondisi semacam ini harus diketahui oleh masyarakat agar para anggota dewan mau giat bekerja. Baginya keterbukaan data dan informasi sangat penting karena sering kali terjadi bentrokan antara eksekutif dan legislatif dalam hal keputusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang berkaitan langsung dengan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) DKI.
Sahabat Baik Boy Sadikin
Prasetyo adalah salah satu sahabat baik Boy Sadikin, politisi PDIP yang sempat pindah ke Partai Gerindra dan menjadi ketua relawan pemenangan pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di putaran Pilkada DKI Jakarta.
Di tahun 2013 lalu, Prasetyo terpilih jadi ‘pemain pengganti’ anggota DPRD DKI melalui mekanisme pergantian antar-waktu (PAW). Prasetyo menggantikan kader PDIP yang mengundurkan diri karena pindah partai.
Saat itu, persahabatannya dengan Boy sanat terlihat karena keduanya sangat aktif mendukung kebijakan Joko Widodo dan Ahok di tingkat eksekutif. Bahkan, Prasetyo dan Boy yang merupakan sebagai anggota tim kampanye Jokowi-Ahok kerap blusukan ke seluruh area wilayah Ibukota saat bertugas.
Keluarnya Boy Sadikin dari PDIP membuat hubungan Prasetyo ikut meregang. Ia tidak bisa mencegah anak dari Gubernur DKI Jakarta periode 1966 hingga 1977, Ali Sadikin untuk keluar dari partai politik yang menyumbangkan kemenangan di Pilkada DKI.
Terbuka Pada Publik
Pola pikir partai yang tertutup seperti PDIP ternyata tidak menghalangi Prasetyo memiliki pribadi yang sama. Faktanya, selain membuka rapat Banggar, Prasetyo sendiri membuka akun media sosial Instagramnya untuk umum.
Di akun @prasetyoedimarsudi, pria berumur 59 tahun ini memberi banyak informasi kepada masyarakat tentang kondisi terbaru penyebaran virus corona dan pembahasan RPJMD yang tengah hangat di Jakarta.
Kritik juga kerap Ia sampaikan kepada Gubernur DKI Anies Baswedan beberapa waktu lalu yang meminta sumbangan penyediaan barang-barang kebutuhan pengentasan virus corona ke para Duta Besar negara sahabat di Jakarta.
Prasetyo dengan tegas mengatakan bahwa selaku Ketua Banggar, Ia telah menandatangani alokasi untuk kebutuhan penanggulangan covid-19 sebesar Rp2,1 triliun yang diambil dari APBD DKI. Dalam akunnya Prasetyo mengaku sangat terkejut dengan keputusan Anies Baswedan karena menurutnya bertingkah laku sebagai pengemis kepada para duta besar padahal APBD DKI sangat besar.
“Dengan anggaran tersebut seharusnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dapat mandiri melakukan penanganan Covid-19 dari hulu sampai hilir. Lalu kenapa harus meminta-minta?” tandasnya.