18.4 C
Indonesia

Peneliti Khawatir Lihat Bunga Bermekaran di Antartika, Ada Apa?

Must read

ANTARTIKA – Pemandangan bunga-bunga yang bermekaran umumnya dinantikan banyak orang, karena warna-warna cantik akan perlahan menghiasi lingkungan.

Akan tetapi, tidak demikian dengan para peneliti yang menyaksikan semakin banyaknya bunga yang mekar di Antartika dalam beberapa tahun terakhir ini.

Pasalnya, hal itu rupanya adalah dampak dari perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia–yang membuat wilayah es tersebut kini memiliki tempat untuk tumbuhan.

Baca Juga:

Melansir IFL Science, Benua Antartika diketahui hanya memiliki dua tumbuhan vaskular, yakni rumput rambut Antartika (Deschampsia antarctica) dan lumut mutiara Antartika (Colobanthus quitensis).

Lewat penelitian yang diterbitkan tahun lalu, para peneliti dari Universitas Insubria di Italia mengungkap bahwa populasi dua tumbuhan di Antartika telah “meledak” dalam 10 tahun terakhir.

Jumlahnya bahkan lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah yang diketahui lewat penelitian yang dilakukan dalam 50 tahun sebelumnya.

Studi yang diterbitkan tahun lalu secara spesifik menjelaskan survei terhadap kedua tanaman di Pulau Signy antara tahun 2009 sampai tahun 2019.

Pulau Signy sendiri adalah sebuah pulau kecil sub-Antartika di Kepulauan Orkney Selatan yang merupakan tempat bersarang penting bagi berbagai jenis burung laut.

Lebih lanjut, para peneliti mengungkap bahwa laju pertumbuhan ini terkait erat dengan tren pemanasan suhu udara yang dimulai di Antartika pada musim panas tahun 2012.

Meskipun perubahan iklim tampaknya menjadi faktor utama, para peneliti juga menunjukkan bahwa di pulau tersebut terjadi penurunan drastis jumlah anjing laut berbulu.

Spesies tersebut diketahui memiliki peran dalam menghambat pertumbuhan tanaman-tanaman di sana–dengan menginjak-injaknya–sehingga berkurangnya jumlah anjing laut berbulu memberikan kesempatan untuk tanaman untuk terus tumbuh.

Dengan suhu yang terus meningkat, tren ini diperkirakan akan terus berlanjut.

Pada bulan Maret 2022, Antartika Timur mengalami gelombang panas terbesar yang pernah tercatat.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa “gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya” ini menjadi lebih hangat 2°C karena perubahan iklim.

Cuacanya sangat panas sehingga para peneliti di lokasi mengenakan celana pendek dan beberapa bahkan melepas baju mereka untuk berjemur, menurut Washington Post.

Akan tetapi, hal ini bukanlah sesuatu untuk dirayakan atau menjadi alasan untuk bersantai.

Pada akhir abad ini, gelombang panas di Antartika dapat meningkat sebesar 5 hingga 6°C sebagai akibat dari krisis iklim, sehingga membawa perubahan yang menghancurkan di benua tersebut.

Seperti yang ditunjukkan oleh pertumbuhan tanaman di Pulau Signy, Antartika berubah dengan cepat akibat aktivitas manusia–dan wilayah ini akan segera mencapai titik kritisnya.

“Ciri paling baru dari hal ini bukanlah gagasan bahwa sesuatu tumbuh lebih cepat,” kata Peter Convey, salah satu penulis studi tumbuhan dari British Antarctic Survey, kepada New Scientist pada tahun 2022.

“Kami pikir kami mulai melihat sesuatu yang hampir seperti sebuah langkah perubahan atau titik kritis,” tambahnya.

spot_img

More Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -

Artikel Baru